Situs Mendale Bukti Kesadaran Toleransi Tinggi Masyarakat Masa Lalu

:


Oleh MC Kab Aceh Tengah, Minggu, 12 Desember 2021 | 16:55 WIB - Redaktur: Juli - 340


Medan, InfoPublik - Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,  I Made Geria menyatakan Situs Prasejarah Ceruk Mendale di Kabupaten Aceh Tengah, bukan saja bukti peradaban masa lalu, tapi juga menyimpan kebenaran sejarah peradaban manusia, yang memiliki kesadaran toleransi yang tinggi.
 
Hal itu dibuktikan dari hasil riset oleh Balai Arkeologi (Balar) Sumatra Utara, tentang adanya pembauran ras antara austromelanesoid dengan mongoloid.
 
“Menurut kami ini data luar biasa, yang memberikan sumbangan keilmuan yang sangat berharga, bukan saja kepada masyarakat di Sumatra, tapi secara nasional kepada negara,” ujar I Made Geria saat memberi sambutan pada “Dialog Gayo Prasejarah” dalam rangka Desember Kopi Gayo 2021 di Kantor Balar Sumut, Jumat (10/12/2021).
 
Kemudian memperhatikan juga lingkungan yang sangat strategis di kawasan danau yang panorama alamnya yang sangat indah. Hal ini msnurutnya bukan suatu kebetulan, tapi kecerdasan masyarakat masa lalu beradaptasi dengan lingkungan alamnya.
 
"Jadi sudah dipertimbangkan betul kelanjutan sekaligus memuliakan kawasan itu,  artinya temuan ini membuktikan masyarakat zaman dahulu sudah menghargai solidaritas kosmis,” lanjutnya.
 
Ia menyatakan, situs Loyang Mendale sangat layak dilindungi,  dan harus dilindungi secara keseluruhan, termasuk kawasannya. Sebab kalau situs rusak akan menghilangkan bukti-bukti peradaban sekaligus degradasinya identitas di wilayah Gayo, dan degradasi identitas nasional. 
 
"Untuk itu, kami minta tolong bapak dan ibu sekalian dan rekan-rekan di Balai Perlindungan Cagar Budaya (BPCB) terus melestarikan dan melindungi kawasan ini, sebab kalau ini hilang, sama saja identitas kita tercabut dari akarnya, pengelolaan kawasan ini harus mendasar dan membutuhkan kehati-hatian dan ketelitian, jangan sampai rusak sedikit pun," kata Made mengingatkan.
 
Made juga menyebutkan, pengelolaan kawasan yang melibatkan masyarakat yang mengimplementasikan dari hulu sampai hilir juga program dari Pusat Arkeologi Nasional.
 
Ceruk Mendale yang kini sudah terdaftar sebagai Cagar Budaya Nasional bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata minat khusus, sebab di dalamnya terdapat pembelajaran/edukasi sejarah, eco tourism, termasuk sumber inspirasi bagi pelaku dunia usaha, untuk menggali inspirasi yang substansinya  dari situs Ceruk Mendale.
 
Dalam kesempatan tersebut, Made juga mengajak masyarakat menginformasikan situs penting ini kepada anak sekolah dan semua lapisan, karena masyarakat tentu ingin mengetahui situs ini.
 
Selanjutnya ia menyarankan agar mengikutsertakan pengembangan “green ekonomi”  didukung kopi Gayo yang sudah dikenal dunia. 
 
“Kita berharap di lokasi ini nantinya ada ‘green economy’, ada eco cultural tourism, mari kita bersatu padu, melalui kegiatan masing-masing di daerah dan pusat, untuk memberi solusi bagi pemerintah dalam pengembangan kawasan ini berikutnya,” tutup dia.
 
Dalam acara yang merupakan rangkaian kegiatan "Desember Kopi Gayo" itu, hadir Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin, dua wakil rakyat dari DPRK Aceh Tengah yaitu Edi Kurniawan dan Sukurdi Iska, perwakilan masyarakat Gayo Medan, sejumlah seniman dan akademisi dari Sumatra Utara, juga Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bener Meriah, Irmansyah.
 
Sementara itu Ketua Komisi B DPRK Aceh Tengah, Sukurdi Iska menyampaikan terima kasih kepada Kepala Balar Sumut Ketut Wiradnyana yang sudah melakukan penelitian selama 10 tahun di Aceh Tengah. 
 
“Melalui hasil penelitian ini kami mengetahui sejarah nenek moyang kami. Ke depan diharapkan bisa tumbuh industri pariwisata dengan adanya situs ini. Kami mengharapkan eksekutif melihat terus potensi di Aceh Tengah, dan kami sangat mendukung (support) apa yang bisa dilakukan untuk kelanjutan kegiatan penelitian ini,” ujar Sukurdi. (Fathan Muhammad Taufiq/MC Aceh Tengah)