Suling Tambur, Warisan Kebudayaan Masyarakat Raja Ampat

:


Oleh MC KAB RAJA AMPAT, Jumat, 12 November 2021 | 22:33 WIB - Redaktur: Juli - 2K


Raja Ampat, InfoPublik - Suling tambur merupakan seni tari yang melekat dengan identitas masyarakat Raja Ampat. Seni tari yang memadukan dua jenis alat musik yakni suling dan tambur tersebut merupakan seni musik warisan nenek moyang masyarakat Raja Ampat dan saat ini sangat mudah ditemukan atau dijumpai di Raja Ampat.

“Grup suling tambur merupakan kebudayaan sejak nenek moyang kita. Suling tambur digunakan saat pesta adat, seperti pesta penikahan baik adat maupun gereja bahkan untuk acara lain,” ujar Tokoh Masyarakat Kampung Rauki, Distrik Supnin, Kabupaten Raja Ampat, Erdanus Rumbewas di sela-sela acara lomba suling tambur pada festival suling tambur yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, di Kampung Wejim, Distrik Kepulauan Sembilan, Kamis (11/11/2021).

Baginya festival suling tambur yang dilaksanakan Pemda Raja Ampat, pada 2021 ini merupakan festival ke-4 yang diharapkan berdampak positif karena menggali kembali kebudayaan, adat kebiasaaan, nilai dan kearifan lokal yang menjadi warisan turun-temurun dalam kehidupan masyarakat Raja Ampat.

“Festival suling tambur ini pada dasarnya mengali kembali ciri khas yang kami lakukan dalam kegiatan-kegiatan seperti ini (festival suling tambur, red),” jelasnya.

Dijelaskan, pada awal seluruh perlengkapan suling tambur diambil dari alam seperti pohon tikar, kulit ikan pari atau ikan magewang atau ikan hiu untuk dijadikan kulit pada tambur.

“Itu zaman dahulu, tapi sekarang kalua tidak ada maka bisa pakai kulit kambing atau rusa dipakai untuk tambur,” tambahnya.

Erdanus menjelaskan, bentuk tambur dibuat sedemikian rupa, misalnya pertengahannya kecil untuk mengatur ritme dan volume bunyi yang dihasilkan

“Tambur pergelangannnya (bagian tengah, red) agak kecil dan belakang agak keluar. Kenapa? Untuk mengatur suara yang dihasilkan,” jelasnya sambil mengurai panjang lebar tentang pembuatan tambur.

Ketika ditanya soal suling, Erdanus menjelaskan bahwa, suling itu dibuat dari bambu dan memiliki tujuh lubang. Pembuatan suling ini dilakukan oleh orang khusus.

“Suling itu dibuat dari bambu yang dipotong lalu dibuatkan 7 lubang, enam belakang dan satu bagian depan. Bagian depannya disumbat distel sesuai dengan suling itu dan harus dibuat oleh orang khusu. Tidak semua orang membuat suling. Tapi orang seni shingga dari sekian suling itu tidak ada yang bunyi salah,” tambahnya.

Menurutnya, suara suling memengaruhi minta orang. Kalau sulingnya kurang akan mengurangi minat orang untuk mendengar atau menyaksikan, bakhan ikut goyang dalam atraksi suling tambu

“Keharmonisan dari suara suling itu membuat kita rindu. Karena kalau hanya tambur yang bunyi maka peminatnya kurang, karena itu perlu suling,” ujarnya.

Dia menjelaskan, untuk jumlah peserta grup suling tambur tergantung pada acaranya. Jika suling tambur dilombakan itu tergantung penetapan jumlah dari penyelenggara sedangkan untuk pesta ada jumlah peserta tak terbatas.

Kepada generasi muda Raja Ampat, Erdanus Rumbewas mengharapkan generasi muda Kabupaten Raja Ampat untuk mempertahankan atau melestarikan seni budata suling tambur sebagai kekayaan yang diwariskan para pendahulu atau nenek moyang masyarakat Raja Ampat. (Petrus Rabu/MC.Kab.Raja Ampat)