:
Oleh MC Kab Aceh Tengah, Rabu, 14 April 2021 | 15:47 WIB - Redaktur: Tobari - 1K
Oleh : Fathan Muhammad Taufiq *)
Bulan Ramadhan benar-benar merupakan bulan penuh berkah bagi siapa saja, bukan hanya bagi ummat Islam saja tapi non Muslim pun bisa ikut menikmati keberkahan bulan suci ini.
Lihat saja para penjual pakaian dan barang elektronik bahkan kendaraan bermotor, tidak semuanya Muslim, tapi mereka juga kecipratan rejeki saat bulan puasa tiba, tingginya permintaan barang elektronik dan pakaian pada bulan puasa.
Apalagi menjelang lebaran, menjadi berkah bagi para pedagang tersebut. Sebenarnya antara ibadah puasa dengan pola konsumtif terhadap barang elektronik, pakaian dan kendaraan bermotor, sama sekali nggak ada hubungan.
Tapi mungkin karena ini erat kaitannya dengan kultur dan tradisi masyarakat Indonesia, maka membeli barang elaktronik, pakaian baru dan kendaraan pada bulan puasa seolah sudah seperti sebuah keniscayaan.
Bulan Ramadhan, juga menjadi berkah bagi pedagang “musiman”, khususnya penjual penganan berbuka puasa, yang hanya menggelar lapak dagangannya pada bulan Ramadhan.
Kesibukan bekerja atau aktifitas lainnya, sering menyebabkan banyak keluarga yang memilih cara praktis, yaitu membeli makanan matang untuk kebutuhan berbuka puasa keluarga, tanpa harus repot-repot memasak sendiri.
Toh semua jenis masakan mulai dari masakan sayur, ikan, daging, ayam, kue-kue sampai berbagai minuman segar sudah banyak yang menjajakannya di pasar “kaget” atau lapak tempat berjualan bukaan puasa.
Memasak sendiri bukaan puasa, tentu lebih sehat, karena bisa kita pilih sendiri bahan dan cara memasaknya, begitu juga dengan peralatan memasak yang kita gunakan, kita bisa pastikan kebersihannya.
Namun adakalanya kita tidak mempeunyai waktu yang cukup untuk menyipakkannya, dan membeli jajanan buka puasa siap saji menjadi alternatif termudah yang sering kita ambil.
Meski pada bulan puasa tahun lalu, aktifitas penjualan takjil bukaan puasa ini sempat terhenti atau dibatasi akibat pandemi Covid-19.
Namun tahun ini di beberapa daerah yang dinilai beresiko rendah, kondisi sudah mulai normal kembali, sehingga hampir di semua sudut kota, kembali terlihat para pedagang musiman penjual aneka penganan berbuka puasa ini mulai menggelar lapaknya, baik yang dibuat sendiri maupun yang disediakan oleh pemerintah daerah setempat.
Di hampir setiap sudut kota, aneka pangan olahan yang sepertinya khusus dijajakan pada bulan puasa, sekilas memang sangat menggugah selera, apalagi setelah seharian menahan lapar.
Para pedagang pun memang menjajakan dagangan mereka dengan sangat cara - cara menarik, sehingga mengundang mereka yang ingin serba praktis untuk lebih mengandalkan jajanan tersebut daripada harus direpotkan dengan segala pernik memasak di dapur.
Keberadaan para penjual jajanan bukaan puasa itu, sejatinya sangat membantu keluarga-keluarga untuk menyiapkan hidangan berbuka secara mudah, praktis dan murah.
Kalau kepingin makan ayam goreng, nggak perlu potong ayam sendiri atau membeli daging ayam sendiri, cukup membeli sepotong dua potong ayam goreng sesuai kebutuhan.
Begitu juga kalau ada anggota keluarga yang kepingin penganan seperti lupis, kelepon, bakwan, lumpia dan lain-lainnya, nggak perlu lagi repot membuatnya di dapur, karena deretan lapak jualan jajanan bukaan sudah menunggu dengan harga yang terjangkau.
Untuk urusan minuman segar seperti es campur, es kelapa muda atau es cendol, orang juga nggak perlu repot membuatnya sendiri, sederet angkringan sudah menunggu.
Tapi meski keberadaan para pedagang jajanan puasa itu sangat membantu keluarga-keluarga yang sibuk atau tidak ingin direpotkan dengan urusan penyediaan bukaan puasa, tetap saja ada hal-hal yang mesti diwaspadai, terkait dengan keberadaan jajanan bukaan puasa ini.
Faktor keamanan pangan menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan, jangan sampai karena ingin yang praktis-praktis, tapi akhirnya malah merugikan diri sendiri, karena penganan yang dibeli justru tidak aman bagi kesehatan.
Karena setiap kita pasti menginginkan pangan olahan yang kta peroleh dengan cara membeli atau mengolahnya sendiri, harus benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan.
Ada beberapa hal penting terkait dengan keamanan pangan, ketika kita membeli jajanan bukaan puasa di luar, setidaknya ada 3 point yang perlu kita perhatikan atau kita waspadai saat membeli bukaan puasa di luar ;
Jajanan puasa biasanya dijajakan di pasar dadakan atau dipinggir-pinggir jalan, sebagian pedagang membiarkan dagangan mereka dalam keadaan terbuka tanpa penutup apapun, ini sangat rentan terhadap debu yang beterbangan dan lalat.
Serta hewan-hewan kecil lain pembawa bibit penyakit yang merugikan kesehatan. Pastikan jajanan yang akan kita beli dalam kondisi tertutup dalam lemari kaca atau plastik, atau setidaknya dalam kotak yang tertutup kain atau kawat kasa.
Sehingga debu dan lalat dipastikan tidak akan hinggap di atas makan tersebut. Begitu juga ketika pedagang mengambil makanan tersebut dari tempatnya, pastikan dia menggunakan alat penjepit, dana kalaupun dia menggunakan tangan langsung.
Pastikan tangannya terbungkus plastik atau sarung tangan,perhatikan juga kebersiahan wadah tempat makanan dan daun, kertas atau plastik pembungkus makanan itu, bisa jadi makanan yang tadinya bersih.
Tapi karena pembungkusnya kotor, makanan tersebet jadi tidak higienis lagi. Yang jelas, kita harus memastikan bahwa makanan yang akan kita beli itu benar-benar terjaga kebersihannya.
Penganan yang tampil dengan warna warni mencolok, biasanya menarik perhatian dan menggugah selera, apalagi bagi anak-anak, tapi justru disitulah kita harus selalu waspada.
Banyak pedagang yang entah sengaja atau tidak, masih menggunakan zat pewarna berbahaya untuk makanan yang mereka jual, masih banyak ditenggarai penggunaan zat pewarna yang mestinya bukan untuk pewrana makanan, tapi digunakan untuk pewarna makanan.
Karena mungkin harganya lebih murah dan lebih mudah mendapatkannya. Bayangkan saja, kalau dalam makanan yang kita beli itu mengandung zat pewarna tekstil misalnya, tentu akan sangat membahayakan kesehatan kita dan tentunya sangat tidak aman untuk dikonsumsi.
Ada cara yang sangat mudah untuk mengecek apakah makanan itu mengandung pewarna berbahaya atau tidak, perhatikan saja warnanya, jika terlalu mencolok dan berwarna terang, bisa ditengarai makanan itu mengandung pewarna yang berbahaya, Tapi untuk kepastiannya tentu harus dengan tes laboratorium.
Masih ada juga jajanan puasa yang ditengarai menggunakan bahan pengawet berbahaya seperti formalin dan borax, banyak diantara kita belum begitu paham membedakan makanan berpengawet berbahaya dengan makanan berpengawet alami, karena kita sering terkecoh dengan penampilan fisik luarnya saja.
Begitu juga penggunaan penyedap rasa yang berlebihan pada makanan tertentu, juga tidak baik bagi kesehatan. Jadi, pastikan bahwa makanan yang kita beli untuk bukaan puasa keluarga kita benra-benar bebas dari zat pewarna berbahaya, baca referensi dan teliti kondisi fisik makanan tersebut sebelum membeli.
Masih ingat kasus bakso babi yang terjadi di Takengon beberapa bulan yang lalu? Sungguh ironis, di daerah yang menerapkan syariat Islam ini, bisa “kebobolan” dengan beredaranya bakso yang positif mengandung unsur babi yang jelas-jelas haram.
Perilaku tak bertanggung jawab dari pengusaha penggilingan daging di kota dingin ini sontak mengingatkan kita untuk selalu mewaspadai kehalalan produk makanan yang akan kita konsumsi, apalagi dalam bulan Ramadhan ini.
Bagi ummat Islam yang menjadi konsumen jajanan bukaan puasa, masalah kehalalan makanan tentuk menjadi pertimbangan utama ketika memilih dan membeli makanan.
Sekilas, jajanan puasa yang dijual di pasar atau pinggir jalan itu semuanya halal, karena semua penjualnya memang Muslim. Tapi ada juga yang mesti diwaspadai, meski produk yang dijual itu produk halal.
Tapi ketika proses pengolahnaannya mengunakan cara atau bahan-bahan yang diragukan kehalalannya, tentu saja makanan itu juga kemudian diragukan kehalalannya.
Contohnya, ayam pada dasarnya adalah hewan halal, tapi ketika proses penyembelihannya tidak memenuhi kaidah syariat, seperti dicekit, dipukul, atau dipatahkan lehernya, maka ayam tersebut menjadi tidak halal.
Karena statusnya menjadi seperti bangkai, begitu juga ayam “Tiren” atau ayam yang sudah mati sebelum dipotong, tentu sangat jelas ketidak halalannya.
Patut diwaspadai juga jika ada pangan olahan berbahan dasar daging yang ditawarkan dengan harga sangat murah, bisa jadi itu berasal dari daging yang tidak halal, seperti banyak terungkap di media, yaitu adanya daging sapi yang di oplos dengan daging celeng.
Harus juga cermat dan teliti mengamati makanan olahan yang berasal dari hewan seperti ayam ini, karena sangat rentan terhadap perilaku tidak halal dalam proses pengolahannya.
Begitu juga proses memasak daging atau ayam yang dicampur dengan benda-benda haram seperti ganja dan sejenisnya, sekilas itu hanya untuk membuat masakan menjadi lebih sedap, tapi kandungan haram dari “bumbu tambahan” tersebut.
Tanpa kita sadari akan membuat makannan yang kita beli lalu kita santap menjadi haram. Bukan untuk mempermasalkan permainan kotor para pedagang, tapi demi kenyamanan kita, pastikan bahwa makanan olahan yang akan kita bawa kerumah untuk keluarga, jelas kehalalannya, baik dari proses maupun materinya.
Dalam kondisi dimana pandemi Covid belum berakhir, perlu juga diperhatikan protokol kesehatan ketika membeli jajanan berbuka puasa ini.
Selalu gunakan masker, menjaga jarak dengan pedagang maupun pembeli lainnya dan selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah membeli takjil, atau manfaatkan sarana cuci tangan yang disediakan di tempat membeli jajanan buka puasa tersebut.
Itulah sekelumit bagi pengalaman yang dapat saya sampaikan, terkait dengan masalah keamanan pangan pada saat kita menghadapi bulan suci Ramadhan.
Jangan sampai kesucian bulan penuh berkah ini, justru ternodai akibat kita salah dalam memilih makanan baik untuk menu berbuka maupun sahur.
Bagi aparatur yang terkait dengan masalah keamanan pangan ini, kegiatan sosialisasi kepada para pedagang musiman ini secara berkesinambungan, tentu akan bisa meminimalisir tindakan illegal dalam penjualan bukaan puasa ini.
Karena konsumen juga butuh kepastian dan perlindungan, bahwa produk makanan olahan yang mereka beli, benar-benar aman untuk dikonsumsi. Semoga bermanfaat. Penulis adalah Kasie Layanan Informasi dan Media Komunikasi Publik pada Dinas Kominfo Kabupaten Aceh Tengah. (MC Aceh Tengah/toeb)