:
Oleh MC Kab Aceh Tengah, Senin, 28 Desember 2020 | 14:04 WIB - Redaktur: Kusnadi - 5K
Catatan : Fathan Muhammad Taufiq *)
Semakin meningkatnya permintaan pasar akan komoditi bawang merah, membuat komoditi ini kini menjadi salah satu komoditi strategis yang mendapat perhatian khusus dari Kementerian Pertanian. Lonjakan permintaan konsumen juga biasa terjadi pada momen-momen tertentu seperti menjelang hari raya, dan itu harus di antisipasi dengan kecukupan produksi yang dapat menjamin ketersediaan pasar. Melalui program Upsus Pajale Babe (Padi, Jagung, Kedele, Bawang Merah dan Cabe), Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura, terus berupaya agar pengembangan komoditi bawang merah bisa merata di seluruh daerah di Indonesia. Dengan pemerataan areal tersebut, kontinuitas produksi dapat terjaga dan fluktuasi harga tidak terlalu mencolok. Kalau selama ini orang hanya mengenal bawang merah Brebes, sekarang komoditi ini sudah mulai berkembang hampir di semua daerah, karena komoditi ini bisa dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Budidaya bawang merah dapat dilakukan pada lahan kering maupun lahan sawah pada saat tidak ditanami padi, namun untuk lahan sawah, harus diperhatikan drainasenya. Secara umum, bawang merah biasa dibudidayakan di lahan terbuka yang berbentuk hamparan, baik dengan menggunakan mulsa maupun tidak. Penggunaan mulsa plastik memang dapat menghambat pertumbuhan gulma, tapi tentu saja biaya produksinya menjadi lebih mahal, sementara jika tidak menggunakan mulsa, pertumbuhan gulma akan angat cepat dan butuh tenaga ekstra untuk menyiangi tanaman bawang ini dari gangguan gulma tersebut. Dengan asumsi seperti itu, berarti budidaya bawang merah membutuhkan lahan terbuka yang cukup luas.
Tapi benarkan bawang merah tidak dapat dibudidayakan di lahan sempit? Seorang penyuluh pertanian di kabupaten Aceh Tengah telah membuktikan sendiri, bahwa bawang merah dapat dibudidayakan pada lahan sempit, bahkan di sela-sela bebatuan yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Budidaya bawang merah dalam polybag
Adalah Kaslil, seorang penyuluh pertanian yang kreatif, penyuluh yang sudah lebih dari 10 tahun bertugas di wilayah kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah ini memang sudah sangat faham dengan seluk beluk budidaya bawang merah, berkat pengalamannya selama bertahun-tahun. Selain membina dan memberikan penyuluhan kepada petani bawang merah di wilayah binaannya, dia juga langsung mempraktekkan sendiri budidaya bawang merah ini baik di lahan pertanian miliknya sendiri maupun di lahan sawah yang dipinjam atau disewa dari petani pada saat musim bera (tidak ditanami padi). Selain sebagai percontohan bagi petani binaannya, budidaya bawang merah yang dilakukannya, juga dapat menopang kebutuhan keluarganya, karena sampai saat ini dia masih berstatus penyuluh kontrak dengan honor yang “pas-pasan”.
Dalam membudidayakan bawang merah, Kaslil tidak pernah main-main, dia melakukannya dengan intensif, sehaingga hasil yang didapatkannya juga sangat memuaskan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Bahkan bawang merah hasil dari budidaya yang dilakukan oleh penyuluh pertanian ini, berhasil menyabet gelar Juara 3 dalam Kontes Hortikultura Nusantara yang diselenggarakan dalam ajang Penas XV tahun 2017 yang lalu.
Ketika musim bersawah tiba, Kaslil cukup kesulitan untuk mencari lahan budidaya bawang merah, karena nyaris semua lahan sawah sedang ditanami padi oleh pemiliknya. Ini yang kemudian mengilhami Kaslil untuk membudidayakan bawang merah di sekitar rumah tempat tinggalnya, namun untuk budidaya langsung pada lahan pekarangan tersebut jelas tidak memungkinkan, karena pekarangan rumahnya yang berada tepat di pinggir Danau Laut Tawar itu berupa bebatuan keras yang tidak mungkin untuk ditanami. Awalnya tanpa sengaja dia memperhatikan tanaman hias yang ditanam isterinya dalam pot maupun polybag, ternyata jika diberikan pupuk dengan jumlah yang memadai dapat tumbuh dengan baik. Dari situlah timbul ide untuk mencoba budidaya bawang merah menggunakan media tanam polybag, karena rumpun bawang merah tidak terlalu besar, polybag ukuran sedang pun sudah cukup untuk media tanam.
Mulailah dia mengisi polybag-polybag yang sudah dia persiapkan dengan campuran tanah dan pupuk kandang, kemudian dia menyusun polybag-polybag tersebut di sisi timur, utara dan selatan rumahnya. Ini dimaksudkan agar polybag tersebut dapat langsung menerima penyinaran matahari pada pagi hari yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Sebagai pembudidaya bawang merah, Kaslil selalu menyediakan bibit bawang di rumahnya, jadi dia tidak perlu mencari bibit untuk ditanam dlam polybag tersebut. Karena luas lahannya yang sangat terbatas, Kaslil hanya bisa menanam sekitar 3 kilogram bibit bawang merah dalam jajaran polybag-polybag itu, hitung-hitung ini uji coba, begitu yang terfikir dalam benaknya ketika mulai menanam bibit bawang itu ke dalam plastik polybag.
Meski menanam bawangnya hanya dalam polybag, tapi Kaslil tetap memberikan perlakuan yang yang sama dengan budidaya di lahan terbuka, yaitu melakukan pemupukan, penyiraman dan penyiangan gulma serta pengendalian hama dan penyakit. Lahan yang relatif sempit dan berada sangat dekat dengan tempat tinggalnya, justru memudahkan dia untuk memantau tanamannya setiap saat, sehingga bawang merah yang ditanam dalam polybag itu dapat tumbuh optimal. Namun karena sifatnya masih coba-coba, Kaslil tidak begitu berharap hasil dari budidaya dalam polybag ini, apalagi ini hanya menjadi aktifitas sampingan, karena dia juga terus melakukan aktifitas rutin sebagai penyuluh di wilayah kerjanya.
Memasuki umur 70 hari, tanaman bawang dalam polybag sudah menunjukan ketuaaanya dan sudah siap untuk dipanen. Disitu dia malah merasa terkejut sendiri, karena tanpa diduga bawang merah yang ditanam dalam polybag itu ternyata mampu berproduksi optimal menyamai produktivitas tanaman yang ditanam di lahan terbuka. Dari 4 kilogram bibit bawang yang ditanamnya, dia bisa memanen tidak kurang dari 50 kilogram bawang merah dengan kualitas baik. Kebetulan harga bawang dipasaran juga sedang bagus, karena saat ini memang pasokan bawang merah di pasaran agak kurang, Kaslil bisa me”lego” hasil panen bawangnya dengan harga Rp 35.000,- per kilogramnya. Hasil kerja coba-cobanya ini tentu cukup membantu dia memenuhi sebagian kebutuhan keluarganya ditengah pandemi Covid ini.
Meski awalnya hanya coba-coba, tapi kreativitas yang telah dilakukan oleh penyuluh pertanian cerdik ini, merupakan terobosan baru dalam budidaya bawang merah. Tanpa sengaja, dia telah menunjukkan bahwa lahan sempit bukanlah kendala untuk membudidayakan bawang merah, dan ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk warga perkotaan yang rata-rata lahan pekarangan mereka terbatas. Dari analisa usaha tani, budidaya bawang merah dalam polybag ini juga sangat menguntungkan. Hanya bermodal 5 kilogram plastik polybag ukuran sedang, 4 kilogram bibit bawang dan sedikit pupuk, bisa menghasilkan 50 kilogram bawang merah. Kalau dihitung-hitung, menurut Kaslil modal yang dia keluarkan tidak sampai 300 ribu rupiah, sementara hasil yang dia dapatkan bisa mencapai 1.750.000 rupiah, sebuah hasil yang cukup mremuaskan.
Bagi keluarga di wilayah perkotaan, budidaya bawang merah dalam polybag seperti yang dicontohkan Kaslil ini, tentu akan sangat membantu menghemat pengeluaran keluarga. Kreatifitas terkadang lahir dari ketidak sengajaan, namun setiap kreativitas pasti akan membawa manfaat baik bagi si empunya kreativitas maupun bagi orang lain. Namun demikian hanya orang-orang yang punya pemikiran cerdas sajalah yang mampu menghasilkan sebuah kreativitas, dan Kaslil adalah salah satunya.
*) Kasie Layanan Informasi dan Media komunikasi Publik pada Dinas Kominfo Kabupaten Aceh Tengah