:
Oleh MC Kab Aceh Tengah, Sabtu, 28 November 2020 | 19:59 WIB - Redaktur: Tobari - 362
Takengon, InfoPublik – Jenis tanaman keluarga Anggrek (Family Orchidaceae) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang diminati banyak orang, karena bentuk dan warna bunga yang menawan dan memiliki jenis yang sangat beragam.
Anggrek juga merupakan tanaman hias yang tidak mengenal musim seperti jenis tanaman hias lainnya, sehingga jenis tanaman hias ini memiliki prospek ekonomi sepanjang waktu, karena harga anggrek juga cukup tinggi relatif stabil.
Meski saat ini sedang ‘booming’ tanaman hias jenis Aglaonema dan Caladium, namun pesona anggrek tetap tidak tenggelam oleh ‘demam tanaman hias yang saat ini menjadi tren fenomenal.
Melihat potensi dan prospek yang menjanjikan ini, Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah terus berupaya melakukan pembinaan dan pengembangan kelompok-kelompok pembudidaya anggrek di daerah ini.
Memang, budidaya anggrek khususnya dalam skala rumah tangga, saat ini terkendala dengan minimnya pengetahuan tentang teknik budidaya anggrek, sehingga kelompok pembudidaya maupun penangkar anggrek jumlahnya masih sangat terbatas.
Salah satu kelompok binaan Dinas Pertanian yang kini mulai eksis dalam pengembangan budidaya anggrek ini adalah Komunitas Gayo Pecinta Anggrek (KGPA) yang beranggotakan para pengurus dan anggota PKK di Kabupaten Aceh Tengah.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi komunitas ini, Sabtu (28/11/2020), Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah bekerja sama dengan Program Studi Magister Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Malikul Saleh, Lhokseumawe, menggelar Pelatihan Budidaya Anggrek, bertempat di Aula Dinas Pangan setempat.
Pelatihan yang diikuti oleh 30 peserta yang merupakan anggota KGPA ini, mengusung materi utama tentang Penyerbukan Anggrek Dengan Metode Aklimasi dan Budidaya Anggrek dengan Sistem Kultur Jaringan untuk skala rumah tangga.
Pelatihan tentang budidaya anggrek yang baru pertama kali digelar di Aceh Tengah ini, dibuka oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Aceh Tengah Puan Ratna, didampingi Kepala Dinas Pertanian Ir. Nasrun Liwanza, MM dan Ketua Prodi Magister Agronomi Faperta Unimal, Dr. Ismadi, SP, M Si.
Dalam sambutannya, Puan Ratna, pelatihan pengembangan budidaya anggrek sangat dibutuhkan bagi kaum perempuan, khususnya para penggemar dan pecinta anggrek.
Berkreasl pengetahuan dan ketarampilan bagi para perempuan ini sangat bermanfaat dalam upaya pengembangan budi daya anggrek berkelanjutan di kabupaten Aceh Tengah.
Hampir semua perempuan menyukai anggrek, bahkan kaum pria juga banyak yang menyukainya, namun belum banyak pecinta anggrek yang menguasai teknik budidayanya, tentunya sangat dibutuhkan pelatihan semacam ini.
Agar para pecinta anggrek di daerah ini memiliki pengetahuan yang memadai, sehingga bisa mendukung upaya pengembangan tanaman hias anggrek secara berkesinambungan, karena kita tahu, bahwa anggrek memiliki penggemar sepanjang waktu, bukan musiman.
"Kita juga berharap dengan kemampuan mebudidayakan anggrek dalam skala rumah tangga, akan ada penambahan pendapatan keluarga atau peningkatan kesejahteraan kelauraga," ungkap Puan Ratna, Sabtu (28/11/2020).
Puan juga berharap, nantinya kabupaten aceh tengah akan menjadi produsen anggrek yang mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang ke daerah ini.
“Kami berharap, suatau saat nanti daerah kita bisa menjadi daerah penghasil anggrek yang mampu menarik minat bagi wisatawan yang datang ke daerah ini, baik wisatawan lokal maupun manca negara, tidak berlebihan rasanya kalau kita berharap nantinya anggrek bisa menjadi salah satu ikon wisata kita,” lanjutnya
Kepada Kepala Dinas Pertanian, Puan juga meminta agar ada perhatian khusus untuk mengembangkan dan melestarikan berbagai jenis anggrek spesifik Gayo.
Karena menurutnya, anggrek lokal Gayo tersebut mulai diminati oleh para kolektor anggrek, apalagi anggrek ini terbilang langka, kedepan diharapkan jenis-jenis anggrek spesifik lokal ini dapat dibudidayakan dengan teknik dan perlakuan khusus seperti dengan sistem kultur jaringan, sehingga kelestariannya dapat terjaga.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Nasrun Liwanza, dalam kesempatan tersebut menyampaikan, pihaknya sangat konsens dalam pembinaan dan pengembangan tanaman hias ini.
Sebelunnya, pihaknya sudah membina beberapa kelompok tani dalam budidaya bunga krisan, yang terbukti sangat cocok dikembangkan di dataran tinggi Gayo. Namun diakuinya, bahwa kemudian pemasaran bunga krisan ini terkendala akibat munculnya pandemi Covid.
Sejak dulu kami sudah konsen dalam pengembangan budidaya tanaman hias ini, karena prospeknya memang cukup baik, seperti yang kami lakukan pada tahun lalu.
"Kami sudah membina beberapa kelompok tani untuk membudidayakan bunga krisan, pertumbuhan dan produksinya sangat bagus, namun kami terkendala dalam pemasaran akibat datangnya pandemi covid,” ungkap Nasrun.
Lebih lanjut Nasrun menjelaskan, saat ini pihaknya juga telah menjalin kerjasama dengan Universitas Malikul Saleh (Unimal) Lhokseumawe dalam pengembangan anggrek di daerah ini.
Pihaknya juga telah menumbuhkan kelompok pembudidaya anggrek yang akan terus dibina sehingga mampu menguasai teknik budidaya, bahkan suatu saat diharapkan mampu menjadi penangkar angrek.
Karena prospek pemasaran anggrek juga sangat bagus, dan sepertinya tidak begitu terpengaruh oleh pandemi covid, ini dibuktikan dengan tetap tingginya permintaan anggrek oleh para penggemar tanaman ini.
Peluang ini, menurut Nasrun, harus diambil oleh pembudidaya lokal, karena selama ini pasar anggrek di daerah ini masih dikuasai pedagang dan penangkar dari luar daerah.
Khusus untuk pengembangan anggrek ini, kami sudah merangkul teman-teman dari Prodi Magister Agroekoteknologi Unimal untuk bekerjasama dalam pengembangan anggrek di kabupaten Aceh Tengah.
Kami juga sudah mulai menumbuhkan kelompok pembudidaya anggrek dan melatih mereka agar menguasai teknik budidaya anggrek, kita harapkan nantinya akan makin banyak muncul kelompok pembudidaya ini.
Sehingga suatu saat kita bisa memiliki penangkar anggrek disini, tanaman anggrek punya prospek ekonomi bagus, terbukti dalam masa pandemi inipun permintaan anggrek tetap tinggi.
"Sayangnya padagang dan penangkar dari luar daerah yang meraup keuntungan, peluang ini harus mampu kita rebut,” katanya.
Nasrun juga menjelaskan bahwa pihaknya juga sudah memiliki laboratorium kultur jaringan dan screen house untuk pengembangan benih kentang di Balai Benih Induk Merah Muyang.
Keberadaan laboratorium dan screen house ini, menurut Nasrun juga bisa dimanfaatkan juga untuk pengembangan teknik budidaya anggrek dengan sistem kultur jaringan.
Kita sudah punya sarana prasaran kultur jaringan, memang peruntukannya untuk perbenihan kentang, namun bisa juga kita manfaatkan untuk pengembangan teknik budidaya anggrek dengan sistem kultur jaringan.
"Apalagi kita sudah mendapat dukungan dari para pakar dari Unimal, tentu ini akan sangat membantu program kita dalam pengembangan anggrek secara berkelanjutan,” katanya. (Fathan Muhammad Taufiq. (MC Aceh Tengah/toeb)