Bursa Kendaraan Djadoel Milenial Karanganyar, Sepeda Perang Tahun 1941 Dipamerkan

:


Oleh MC KAB KARANGANYAR, Minggu, 9 Agustus 2020 | 13:31 WIB - Redaktur: Kusnadi - 462


Karanganyar, InfoPublik - Ayo berwisata  ke Kabupaten Karanganyar. Wisata baru di Bumi Intanpari adalah wisata melihat kendaraan tempo dulu dan aneka motor unik keluaran tahun 1970an. Termasuk sepeda ontel perang BSA tahun 1941 milik Komunitas Sepeda Tua Indonesia Soloraya (KOSTI) ikut dipamerkan dalam event wisata baru di Karanganyar.

“Ini tempat wisata baru di Karanganyar, selain melihat kendaraan tua juga bisa membeli sepeda-sepeda tua. Saya ingin Karanganyar menjadi trademark mobil atau kendaraan tua, termasuk sparepartnya,” papar Bupati Karanganyar, Juliyatmono dalam pembukaan wisata dan bursa kendaraan Djodel di Pujasera, Karanganyar Kota, Minggu (09/08).

Orang nomor satu di Karanganyar ini tertegun melihat sepeda lipat perang BSA tahun 1941. Sebab sepeda lipat mudah mirip sepeda lipat saat ini. Ternyata sepeda perang itu dipergunakan angkatan Udara Inggris pada saat invasi di Malaysia. Sedangkan salah satu anggota KOSTI mendapatkan dari Jogja. Di Indonesia hanya ada lima, satu di antaranya di Karanganyar. Bupati berkesempatan untuk menjajal sepeda perang tahun 1941 tersebut.                             

Bupati menambahkan, ide kreatif memang bisa muncul dari keadaan yang terpepet. Buktinya, di tengah pendemi Covid-19 dan daya beli masyarakat yang turun, Ekraf bersama Dinas Pariwisata bisa memunculkan ide pameran dan bursa kendaraan djadoel.

“Hanya saja, kegiatan ini perlu konsistensi dan berkelanjutan terus menerus. Jangan hanya satu dua hari sepi kemudian ditutup. Justru hal ini harus terus digelorakan supaya Karanganyar juga menjadi trademark barang-barag tempo dulu,” imbuhnya.

Ke depan bisa juga, lemari tua, dipan tua atau alat-alat rumah tangga bisa dijual di tempat ini. Menurut Bupati pemasaran bisa dilakukan dengan sistem bursa atau lelang. Yakni melalui online sehingga menjadi Karanganyar terus maju dan kreatif. (mckaranganyar/Hery Setiawan)