:
Oleh MC KAB KUBU RAYA, Kamis, 4 Juni 2020 | 18:25 WIB - Redaktur: Tobari - 329
Kubu Raya, InfoPublik – Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan menyatakan kenormalan baru yang diterapkan oleh pemerintah saat ini harus menjadi peluang bagi masyarakat untuk bisa tetap produktif.
Karena banyak kesempatan yang justru bisa diambil dari kondisi pandemi Covid-19 saat ini.
Ia mencontohkan, di saat banyak barang impor tidak bisa masuk ke Indonesia karena pandemi wabah hampir di semua negara, maka dengan kenormalan baru menjadi tantangan untuk mencari alternatif lain agar bisa lebih mandiri.
“Memang ada risiko dan tantangan yang harus dihadapi. Namun inilah ujian karena keberhasilan tentu tidak bisa serta merta dicapai tanpa adanya tantangan yang harus dihadapi," kata Muda Mahendrawan saat menjadi narasumber diskusi daring bertajuk “’New Normal’, Sebuah Solusi dari Pandemi?” yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak pada Rabu (3/6/2020).
Dalam diskusi tersebut Muda Mahendrawan tampil bersama sejumlah narasumber lainnya seperti Guru Besar Universitas Tanjungpura Pontianak Prof. Dr. Eddy Suratman, M.A..
Serta, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Barat dr. Rifka, M.M., dan Ketua Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) Kalimantan Barat Dr. Fitri Sukmawati, M.Psi, Psikolog.
Muda mengatakan penerapan kenormalan baru harus membuat semua pihak bisa lebih produktif. Bukan malah stagnan karena banyaknya sektor yang tidak bergerak. Kondisi tersebut menurut dia bahkan seharusnya dijadikan sebagai peluang.
“Dan untuk itu Pemerintah Kabupaten Kubu Raya telah membuat regulasi untuk mendukung hal itu,” tuturnya.
Menurut Muda, partisipasi publik diperlukan dalam menghadapi kenormalan baru. Karena untuk menjalankan hal itu diperlukan gerakan yang masif dan serentak.
“Makanya Kubu Raya menggencarkan gerakan ‘kepung bakul’ agar semua pihak bisa terlibat langsung dan semua bidang pembangunan bisa segera berjalan normal,” katanya.
Substansi kenormalan baru, ia melanjutkan, merupakan upaya pemulihan di bidang kesehatan, ekonomi, dan sosial masyarakat.
Untuk itu langkah yang diambil tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah melainkan harus melibatkan semua pihak khususnya masyarakat secara langsung.
Banyak yang menyatakan bahwa kenormalan baru menjadi sebagai kelatahan. Sebenarnya bukan latah jika kita bisa mengarahkan agar masyarakat bisa bergerak bersama.
"Untuk itu, perlu advokasi dan pendidikan kepada masyarakat secara masif agar masyarakat bisa mengikuti dan menjalankan bersama program kenormalan baru,” katanya.
Muda mengatakan pandemi mengajarkan untuk menjadikan pangàn sebagai panglima. Karena terbukti jika produktivitas pangan siap, maka di tengah wabah apa pun masyarakat akan siap pula untuk menghadapinya.
Menurutnya, pandemi Covid-19 juga membuktikan bahwa desa adalah masa depan. Karena terbukti masyarakat desa lebih siap dalam menghadapi kondisi krisis.
“Sebenarnya kenormalan baru ini bukan hal baru. Karena masih banyak yang terjebak dengan istilah ini. Yang perlu diluruskan adalah kenormalan baru ini memperbaiki tatanan kehidupan masyarakat untuk lebih menjaga kesehatan dengan tetap menjalankan hidup normal,” jelasnya.
Dia mencontohkan, jika sebelum pandemi masyarakat tidak memakai masker, relatif jarang mencuci tangan dengan sabun, dan tidak menjaga jarak satu dengan lainnya, maka di era kenormalan baru masyarakat akan terbiasa melakukan itu semua.
Sehingga ini menjadi salah satu sisi positif dari Covid-19 di mana manusia disadarkan untuk selalu menjaga kesehatan.
Sisi positif lainnya yang harus kita sadari, dengan new normal kita harus bisa lebih produktif. Saat WHF kita banyak mendapatkan kesempatan berada di rumah, seharusnya bukan membuat kita stagnan.
"Melainkan lebih produktif dan mampu memecahkan berbagai permasalahan yang ada,” tuturnya. (MC KubuRaya/ird/toeb)