Dinkes Bulungan Gelar Surveilans Gizi Puskesmas se-Bulungan

:


Oleh MC KAB BULUNGAN, Jumat, 14 Februari 2020 | 09:45 WIB - Redaktur: Kusnadi - 938


Bulungan, InfoPublik – Dalam rangka menyediakan gambaran masalah gizi di tingkat puskesmas dan kabupaten, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bulungan menggelar pertemuan surveilans gizi puskesmas se–Bulungan yang dilaksanakan selama dua hari, sejak 13 Februari hingga 14 Februari di Ruang Pertemuan Dinkes Bulungan.

Dijelaskan Sekretaris Dinkes Drg. Ida Bagus Sidharahardja, MPH, permasalahan gizi di tingkat global menurut data Global Nutrition Report (GNR) tahun 2018 terdapat 22,2%  Balita Stunting, 7,5% Balita Kurus dan 5,6% Balita Gemuk di seluruh dunia.

Sedangkan di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan angka Balita Stunting sebesar 30,8%, Balita Kurus 10,2% dan Balita Gemuk sebesar 8%.

Gambaran data tersebut, kata dia, menunjukkan bahwa masalah gizi pada balita di Indonesia masih cukup tinggi sehingga masih merupakan masalah gizi masyarakat yang perlu menjadi prioritas khusus.

“Sehingga kegiatan ini kami laksanakan, yang dihadiri oleh seluruh petugas Pelaksana Gizi Puskesmas se-Kabupaten Bulungan,” jelasnya.

Ia melanjutkan hasil kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) dari Tahun 2015,2016 dan 2017 menunjukkan bahwa prevalensi balita pendek dan sangat pendek mengalami peningkatan dari 29% Tahun 2015 menjadi 29,6% Tahun 2017. 

“Dasar inilah yang menjadikan stunting menjadi masalah gizi utama di Indonesia sehingga menjadikan Program Pencegahan Stunting menjadi program prioritas nasional,” bebernya.

Dikatakannya, tahun 2020 Kabupaten Bulungan menjadi lokus (lokasi khusus) program Pencegahan Stunting selain itu juga menjadi lokus untuk percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 120 kabupaten/kota seluruh Indonesia.

“Sehingga kegiatan Pertemuan Surveilans Gizi ini sangat penting sekali bagi petugas gizi puskesmas,” kata dia.

Sebab, menurutnya, dengan kegiatan tersebut diharapkan nantinya kualitas data hasil kegiatan seperti pada penimbangan dan pengukuran balita dapat lebih ditingkatkan lagi.

“Selain itu tentunya secara cakupan, data yang dilaporkan sudah mengcover semua jumlah balita di wilayah kerja puskesmas masing-masing,” sebutnya.

Ia juga membeberkan kegiatan tersebut juga bertujuan agar terselenggaranya kegiatan surveilans gizi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek dan menengah serta perumusan kebijakan.

“Selain itu tersedianya gambaran masalah gizi di tingkat puskesmas dan kabupaten, tersedianya data capaian indicator kinerja gizi, tersedianya informasi masalah gizi dan capaian indicator kinerja gizi berdasarkan wilayah serta tersedianya informasi masalah gizi dan capaian indicator kinerja gizi berdasarkan waktu,” jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa strategi percepatan pencegahan stunting menyebutkan bahwa salah satu pilar penting yang perlu dilakukan adalah adanya konvergensi antar program/kegiatan dari berbagai sumber pembiayaan, konvergensi mutlak diperlukan karena tanpa adanya konvergensi antar program/kegiatan, maka upaya melakukan percepatan pencegahan stunting akan tidak maksimal.

Selanjutnya ia juga berpesan agar semua pelaksana gizi puskesmas dapat mengetahui permasalahan apa yang ada dan program/kegiatan apa saja yang sudah dilakukan untuk melakukan percepatan pencegahan stunting diwilayah puskesmas masing-masing.

“Karena akan menjadi bahan masukan berharga dalam membuat perencanaaan menyusun rencana kerja kedepannya,” pungkasnya.(MC Bulungan/sny)