:
Oleh MC Kota Subulussalam, Jumat, 18 Agustus 2017 | 10:40 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 610
Subulussalam, InfoPublik- Dihadapan pejabat Pemerintah Kota Subulussalam dan penonton, usai Upacara Detik-Detik Proklamasi ke-72 Tahun 2017 tingkat Kota Subulussalam, Komunitas Lakon SMA N Unggul Simpang Kiri tampil memukau dalam atrsksi drama kolosal dengan kisah perjuangan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien dalam melawan kolonialisme Belanda di Aceh, kamis (17/8).
Dalam kisahnya, Teuku Umar melihat penderitaan rakyat Aceh akibat penindasan dan kekejaman penjajah Belanda. Teuku Umar bersama ulama dan rakyat Aceh saling bahu membahu berjuang bersama melawan penjajah Belanda di Aceh.
“Kita harus berjuang melawan penjajah Belanda, kalau bukan kita siapa lagi. Penindasan yang dilakukan oleh mereka telah melampau batas. Penderitaan, kemiskinan, dan kesewenang-wenangan kepada rakyat Aceh mewajibkan kita melakukan perang sabil," teriak Teuku Umar kepada rakyat Aceh.
Dengan semangat perang sabil perang Aceh berkobar sangat dasyat, walau dengan senjata apa adanya para pejuang Aceh sangat gigih dan penuh semangat. Perlawanan senjata yang tidak berimbang tidak merasa surut dan mundur pejuang Aceh melawan Belanda.
Teuku Umar bersama ulama dan pengikutnya melakukan siasat agar Teuku Umar menyerah dan berpura-pura bekerjasama dengan Belanda untuk melawan perjuangan rakyat Aceh. Siasat itu agar Teuku Umar bisa mengambil senjata-senajata yang dimiliki penjajah Belanda.
Siasat itu berhasil dilakukan oleh Teuku Umar bisa menyusup dan mengambil persenjataan penjajah Belanda. Senjata ia serahkan kepada para pejuang Aceh untuk melawan Belanda.
Ulah Teuku Umar diketahui Belanda, mereka marah besar dengan melakukan serangan besar-besaran kepada pejuang Aceh. Dalam pertempuran tersebut Teuku Umar terbunuh. Jasad Teuku Umar dibawa dan diserahkan kepada isterinya Cut Nyak Dien .
“ Tekadku akan ku teruskan berjuang melawan Belanda setelah engkau meninggal dunia, wahai suamiku Teuku Umar “ teriak Cut Nyak Dien setelah melihat suaminya tergolek tak berdaya dihadapannya.
Belanda meminta kepada Cut Nyak Dien agar menyerahkan jasad Teuku Umar kepadanya namun ditolak oleh Cut Nyak Dien, ia meyeru kepada pejuang Aceh untuk terus melakukan perlawanan terhadap Belanda.“ serang…serbu… Allahu Akbar “ teriak Cut Nyak Dien.
Penggalan kisah atraksi “ komunitas lakon “ telah menyentuh penonton dan semua yang hadir. Penampilan para pemain dan musik yang mengiringinya telah membuat atraksi kisah perjuangan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien menjadi nampak hidup, hingga Walikota Subulussalam H. Merah Sakti, SH memberikan bonus hadiah kepada para pemain yang tergabung dalam “ komunitas lakon “ Subulussalam.(MC.Subulussalam/Eyv)