:
Oleh MC Kota Subulussalam, Minggu, 2 Juli 2017 | 17:21 WIB - Redaktur: Kusnadi - 633
Subulussalam, InfoPublik – Walikota Subulussalam H. Merah Sakti, SH membuka pekan seni dan budaya Pamasran (Paguyuban Masyarakat Transmigrasi) Kota Subulussalam, di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam, Sabtu (1/7).
Walikota Subulussalam H. Merah Sakti, SH menyampaikan apresiasinya atas gelaran yang dilaksankan oleh Pamasran Kota Subulussalam.
“Atas nama Pemerintah Kota Subulussalam kami mengucapkan terima kasih. Ini membuktikan bahwa Pamasran sangat peduli dengan seni dan budaya masyarakat eks transmigrasi,” katanya.
Walikota mengatakan, Pemerintah Kota Subulussalam sangat peduli terhadap seni dan budaya masyarakat Kota Subulussalam.
”Kami memahami kilas sejarah Pamasran karena kami juga bersama para tokoh Kota Subulussalam dalam mengawal situasi di wilayah Kota Subulussalam melalui lembaga swadaya yang kita kenal PMS atau Peduli Masyarakat Subulussalam,” ujarnya.
Menurutnya, Pamasran yang dinahkodai oleh H. Sugito harus lebih baik, bisa berkembang dan sesama anggota harus kompak serta peduli terhadap organisasi ini.
Dikatakan, masyarakat Desa Makmur Jaya, wilayah eks transmigrasi, telah merasakan dampak pembangunan dan mengalami kemajuan yang pesat.
“Ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Subulussalam serius dalam pembangunan dan tidak diskriminatif,” ujarnya.
Disampaikan, pembangunan dalam segala bidang akan terus dipacu untuk kesejahteraan masyarakat Kota Subulussalam.
Merah Sakti menambahkan, pekan seni dan budaya seperti ini harus terus digalakkan dan dilestarikan untuk khazanah Kota Subulussalam.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Pamasran Kota Subulussalam H. Sugito membacakan hasil putusan Pamasran Kota Subulussalam memberi gelar kehormatan kepada Walikota Subulussalam H. Merah Sakti dan isterinya Sartina NA, SE. M. Si dengan sebutan “Sinuwun Raja Tualang dan Permaisuri Raja Tualang’’
Menurutnya, gelar ini layak diberikan karena H. Merah Sakti merupakan keturunan raja Tualang.
Dikatakannya, awal terbentuknya Pamasran Kota Subulussalam sehubungan kegalauan kondisi saat konflik Aceh medio tahun 1999-2000.
‘’Saat itu, masyarakat transmigrasi banyak yang menjual lahannya dengan murah untuk eksodus ke Jawa dan daerah lainnya. Mereka takut dan khawatir dengan keselamatan diri dan keluarganya. Untuk membangun komunikasi dan ikatan persaudaraan antar masyarakat transmigrasi maka dibentuklah paguyuban ini,’’ jelasnya.
Terkait pelaksanaan pekan seni dan budaya, H. Sugito menjelaskan, kegiatan yang dilaksanakan dari tanggal 28 Juni hingga 4 Juli 2017 bertujuan untuk memperkokoh dan melestarikan budaya yang dimiliki oleh masyarakat eks transmigrasi agar tetap eksis dan bisa berkontribusi untuk pengembangan seni dan budaya di Kota Subulussalam.
Turut hadir pada kesempatan itu, Wakil Walikota Subulussalam Drs. Salmaza, MAP beserta istri, beberapa anggota DPRK Subulussalam, pejabat eselon II dan III, para camat, mukim, kepala desa, beberapa pimpinan partai politik dan undangan lainnya.
Pekan seni dan budaya itu menampilkan berbagai pertunjukan di antaran tarian yang dipersembahkan oleh beberapa sanggar seni berasal dari eks transmigrasi, seperti sanggar tari kuda lumping Tri Wahyu Manunggal Makmur Jaya, Danur Wendo Mukti Makmur, Sido Jadi Bukit Alim, Tunas Campur Penuntungan dan beberapa sanggar tari lainnya. (Mc Kota Subulussalam/Kus)