:
Oleh MC Kabupaten Merauke, Rabu, 8 Juni 2016 | 13:39 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 1K
Merauke, InfoPublik - Memperingati Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni 2016, Pemerintah Kabupaten Merauke diwakili Sekda Drs Daniel Pauta bersama dengan Dandim 1707/Merauke Letkol Inf. I Made Alit Yudana dan Wakapolres Merauke Kompol. Muhsin Ningkeula, SH, M.Si memberikan pembekalan tentang nilai-nilai Pancasila kepada siswa dan siswi SMPN Buti-Merauke.
Pembekalan ini dihadiri ratusan siswa sekolah tersebut. Sekda Drs Daniel Pauta saat membuka kegiatan ini menjelaskan, sejak reformasi porsi pelajaran yang berkaitan dengan Pancasila ini semakin sedikit dan setelah berjalan hampir dua dekade tersebut telah disadari betul bahwa bangsa Indonesia mulai mengalami krisis moral.
Terjadi degradasi moral, ini terjadi karena sudah banyak orang yang tidak mau melaksanakan nilai-nilai luhur Pancasila.
‘’Kita menyatakan, Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab. Tapi kadang-kadang kita tidak memperhartikan kepentingan orang lain,’’ katanya. Lalu Sila Persatuan Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan Merauke sampai Sabang merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Dengan demikian, siapapun warga negara Indonesia yang mau sekolah atau tinggal di wilayah NKRI tersebut tidak ada larangan,"ujarnya.
"Kalau kita berdampingan hidup rukun dan damai maka kita sudah mengamalkan Pancasila,’’ jelasnya. Sementara sila ke-4, kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan menurut Sekda adalah demokrasi. Sehingga dalam pemilihan harus secara demokrasi. Namun terkadang dalam pemilihan pengurus organisasi, ada yang gontot-gontotan. ‘’Berarti dia belum mengamalkan Pancasila,’’ terangnya.
Sementara sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk keadilan sosial ini diberikan sesuai dengan beban kerja yang diemban oleh masing-masing orang. Sama dengan siswa, kata Sekda Daniel Pauta, jika seorang ketua kelas bukan berarti nilainya harus tinggi namun harus sesuai dengan hasil kerja dari ketua kelas tersebut.
‘’Sering saya sampaikan bahwa kalau anak tidak bisa membaca maka jangan dipaksanakan naik kelas. Karena kalau kita paksakan naik kelas sama dengan kita melakukan pembodohan. Namun, kadang orang tuanya yang tidak menyadari itu datang ke sekolah marah. Kalau perlu bawa parang atau panah. Sebenarnya hal seperti ini tidak boleh terjadi,’’ujarnya.
Sementara itu, Dandim Letkol Inf. I Made Alit Yudana dan Wakapolres Kompol Muhsin Ningkeula, SH, M.Si menyampaikan nilai-nilai Pancasila kepada para siswa tersebut sesuai dengan bidang tugas masing-masing. (02/mc/mrk/eyv)