:
Oleh MC Kabupaten Merauke, Jumat, 22 April 2016 | 10:19 WIB - Redaktur: Kusnadi - 3K
Merauke, InfoPublik – Memperingati Hari Kartini tahun 2016, SMAN I Merauke juga tidak ketinggalan. Salah satu sekolah unggulan di Merauke itu menggelar upacara dimana guru dan siswanya menggunakan kebaya untuk perempuan dan sedangkan kaum laki-laki menyesuaikan. Sebagai petugas upacara adalah para ibu guru.
Selain upacara, juga digelar lomba fashion show Kartini dan Kartono berlangsung di lapangan SMAN I Merauke.
Kepsek SMAN I Merauke Dra. Maria Goretti Letsoin, M.Pd, mengungkapkan, upacara dengan menggunakan kebaya ini sudah rutin dilaksanakan setiap peringatan Hari Kartini setiap tahunnya.
‘’Spirit ini kita ambil bahwa pendidikan itu bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan tapi kita menjadi pelaku. Jadi mewujudkan. sehigga memberi contoh dan teladan itu penditng. karena di era sekarang ini, orang melihat contoh hidup lebih kuat untuk seseorang menarik nilai-nilai untuk bisa dilakukan dan itu yang kami lakukan,’’ tandasnya.
Terkait dengan hari Kartini tersebut, Maria Goterri Letsoin memberi empat makna. Makna pertama, jelas dia, bahwa hidup ini harus memberi arti bagi orang lain.
‘’Berangkat dari sipirit yang ditunjukan Kartini bahwa dia ada dan meberi arti bagi orang lain. Maka saya mengajak bapak ibu guru untuk melihat makna hidup. Kita ada dan memberi arti kepada orang lain. Bapak ibu guru bagaimana melaksnakan tugas dan menjalankan tugas penuh tanggung jawab. Begitu juga anak-anak belajar untuk membekali diri untuk masa depan mereka,’’ katanya.
Makna kedua, jelas dia untuk menjadi besar itu seseorang harus berjuang. Karena Kartini belajar dan berjuang karena melihat lingkungan sekitarnya dan melihat keprihatinan-keprihatinan yang ada di sekitarnyadimana para wanita saat iitu menjadi kelas dua.
‘’Maka dia berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat kaumnya. Perjuanga itu dibuktikan bahwa kunci kebehaslan itu adalah lewat pendidikan,’’ terangnya.
Ketiga, bahwa Kartini meski dia berjuang dan tangguh tapi dia tidak pernah meninggalkan adat istiadatnya dan martabatnya sebagai seorang wanita dan sebagai ibu.
‘’Begitu juga kita wanita meski kita berkarya tapi martabat wanita tetap kita junjung tinggi dan adat istiadat jadi perekat,’’ terangnya.
Terakhir, dirinya mengajak anak-anak bahwa perjuangan RA Kartini itu belum selesai. Meksi wafat di usia muda tapi dia meningalkan banyak perjuangan warisanya yang harus diperjuagkan.
‘’Maka menjadi kartini masa kini, kita harus berjuang untuk meraih masa depan kita yang lebih baik terutama anak-anak kami kaum perempuan bagaimana martabatnya dijaga, mensejajarkan dengan kaum pria,’’ tambahnya. (02/mc/mrk/AHK/Kus)