:
Oleh MC Kabupaten Banyuasin, Senin, 11 April 2016 | 08:20 WIB - Redaktur: Kusnadi - 629
Pangkalan Balai, InfoPublik - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuasin bekerjasama dengan Sinarmas Forestry meningkatkan produktivitas dan memperbaiki fungsi lahan pertanian di Kabupaten Banyuasin.
Kerjasama tersebut untuk membuat management terpadu usaha tani tanpa limbah, yaitu memanfaatkan limbah pertanian yang biasanya menjadi sampah setelah panen menjadi pupuk organik, sehingga zero limbah setelah panen.
Sisa limbah pertanian padi dan jagung seperti tangkai padi dan barang jagung yang sebelumnya dibakar setelah panen, sekarang didaur ulang menjadi pupuk organik, hal ini bisa mengurangi dampak pembakaran lahan sekaligus mengembalikan fungsi lahan tanaman.
Bupati Banyuasin Yan Anton Ferdian, yang diwakili oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Banyuasin Syaiful mengatakan, program ini merupakan salah satu upaya Pemkab Banyuasin yang bekerjasama dengan Sinarmas Foresty dan ikut melibatkan pihak akademisi untuk peningkatan sektor pertanian di Banyuasin.
Terlebih dengan adanya pemanfaatan limbah hasil tani, akan membuat sektor pertanian itu menjadi zero limbah, karena jerami ini akan diolah menjadi pupuk. Hasil penelitian dan program di Desa Banyu Urip ini akan dikembangkan lagi untuk wilayah pertanian lain di kawasan Kabupaten Banyuasin.
“Untuk peningkatan hasil tani dan memaksimalkan potensi lahan usaha tani, maka setiap kecamatan akan ikut dikembangkan program usaha tani tanpa limbah,” kata Syaiful.
Pupuk organik ini juga bisa menggantikan pupuk urea yang sering digunakan masyarakat sebagai satu-satunya asupan tanaman, oleh karena itu pihak Pemerintahan Kabupaten Banyuasin bersama PT Sumber Hijau Permai yang merupakan salah satu perusahaan patners dari Sinarmas Fotesty ini melaksanakan program Management Terpadu Usaha Tani Tanpa Limbah sebagai bentuk kegiatan Creating Shared Values (CSV) di Banyuasin.
Sebelumnya CSV ini merupakan pengembangan dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sovial Responsibility (CSR).
Ketua Pusat Data Rawa, sekaligus Koordinator Lapangan Program Management Terpadu Sinarmas Forestry, Prof Robiyanto mengatakan, ini merupakan upaya pengembangan potensi wilayah pertanian di Banyuasin, sekaligus peningkatan hasil produksi usahatani.
Tahap awal dilakukan di lahan milik warga di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, dengan luas 100 Hektare, yang melibatkan 100 kepala keluarga petani.
“Untuk 100 Hektare lahan dari warga di 4 desa pada tanam pertama musim panen sebelumnya, Sekarang sudah 106 Hektare pada tanam ke dua,” kata Robiyanto.
Dijelaskannya, kegiatan ini memfokuskan pada usaha tani komoditas jagung tanpa limbah, semua limbah pertanian diwilayah Desa Banyu Urip ini akan dikumpulkan dan dijadikan pupuk organik.
Prosesnya, dengan mencampurkan limbah dengan bahan pelapuk, yang didapatkan dari hasil permentasi air kelapa, kencing ternak dan dicampur zat lain, yang hasilnya lebih baik dari pupuk urea dan dapat langsung diurai oleh lahan pertanian.
“Ini salah satu antisipasi untuk petani, karena pupuk urea ataupun pupuk subsidi pemerintah lainnya sering terlambat datang,” jelas Robiyanto.
Robiyanto menambahkan, bahkan jika petani terkendala masalah pertanian dan memerlukan bantuan pupuk, biasanya datang setelah tiga hari kemudian, tanaman sudah rusak baru pupuk datang. Dengan program ini dan bekerjasama dengan pihak pemeritahan, akademisi, dan PT Sumber Hijau Permai akan memaksimalkan pupuk organil dari limbah ini menjadi pengganti alternative untuk pupuk kimia.
“Limbah usaha tani dapat menggantikan pupuk kimia, sehingga produktivitas lahan meningkat. Diversifikasi usaha pertanian pangan dengan perikanan, peternakan dan perkebunan akan sangat meningkat,” imbuh Robiyanto.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Corporate Strategic Committee Sinarmas Forest dan Partners, Eddy Makhmud, jika hal ini dilakukan karena pihaknya yang bekerjasama dengan Kabupaten Banyuasin ingin meningkatkan pemberdayaan, kemampuan dan ekonomi masyarakat khususnya petani.
Dikatakan, masih banyak para petani yang menggunakan pupuk kimia untuk kegiatan bercocok tanam, namun ujungnya terkendala biaya dan pasokan yang sering datang terlambat.
Imbasnya, kepada petani dan hasil pertanian, sampai mereka harus meminjam uang kepada rentenir untuk modal tanam ataupun membeli pasokan pupuk dan pestisida, dan harus mengembalikan saat panen dengan sangat tinggi.
“Program perbaikan produktivitas dan pengolahan limbah tani jadi pupuk ini berangkat dari kekhawatiran masyarakat, dan menjadi landasan untuk menciptakan pupuk organik dari limbah tani yang aman dan sangat menguntungkan petani,” kata Eddy.
Selain itu, saat panen jagung kemarin, lanjut dia, petani menggunakan pupuk kimia hanya menghasilkan total 3 sampai 4 ton jagung, sedangkan saat digunakan pupuk organik dari limbah tani mereka, menghasilkan 6 sampai 8 ton jagung. Bahkan hasil dari jagung itu digunakan untuk proses tanam padi yang juga menggunaka pupuk organik dan sekarang akan dipanen.
Oleh karena itu, di Desa Banyu Urip Kecamatan Tanjung Lago Banyuasin ini akan dijadikan percontohan masal pemanfaatan daur ulang limbah tani, yang hasilnya dari masyarakat untuk masyarakat.
“Pihak Sinarmas sebagai CSR mendukung dan membantu semua kegiatan ini sepenuhnya, karena untuk kemajuan pertanian di kawasan Banyuasin. Paling tidak ini memicu mereka untuk aktif meningkatkan ekonomi masyarakat,” kata Eddy.
Gubernur Sumsel Alex Noerdin, yang diwakili oleh Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Sumatera Selatan Erwin Nurwibowo mengatakan, jika teknologi seperti ini memang sudah lama diharapkan, karena para petani memang sedikit kesusahan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi karena faktor ketersediaan dan pengiriman.
Dengan adanya pengolahan limbah tani ini merupakan upaya yang sangat baik untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia.
“Memang harapan kita bisa mengurangi bahkan tidak lagi menggunakan bahan kimia untuk pertanian,” kata Erwin.
Selain itu, menurut Erwin, untuk mendukung hal ini, dirinya akan memaksimalkan hasil petani, bahkan pihak pemerintahan akan bekerja sama dengan pihak pasar untuk memaksimalkan pemasaran dan penjualan hasil tani, agar harga yang diterima petani tidak ada permainan.
“Kita akan membuat mekanisme langsung dari petani yang menjual langsung kepada konsumen agar lebih baik lagi nilai strategisnya. Akan segera kita bahas dengan instansi terkait,” kata Erwin saat diwawancara. (mcbanyuasin-312wn/Az/Kus)