- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Jumat, 20 Desember 2024 | 21:53 WIB
: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris/Kantor Delegasi Tetap RI untuk UNESCO menggelar acara Peringatan 100 Tahun A.A. Navis, tokoh sastra Indonesia, dalam dua acara besar di Prancis. (Foto: Dok Kemendikdasmen)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Senin, 18 November 2024 | 15:25 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 121
Jakarta, Infopublik – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris/Kantor Delegasi Tetap RI untuk UNESCO menggelar acara Peringatan 100 Tahun A.A. Navis, tokoh sastra Indonesia, dalam dua acara besar di Prancis.
Kedua acara ini merupakan upaya untuk memperkenalkan karya dan warisan sastra A.A. Navis ke panggung dunia dan mengapresiasi pengaruhnya yang mendalam terhadap perkembangan sastra Indonesia.
Acara utama berlangsung di Kantor Pusat UNESCO di Paris, pasca ditetapkannya peringatan 100 tahun hari lahir A.A. Navis sebagai perayaan internasional UNESCO pada Sidang Umum UNESCO ke-42 pada November 2023 lalu. Acara dihadiri oleh 207 peserta yang terdiri atas pecinta sastra, akademisi, pelajar, diaspora Indonesia serta delegasi tetap UNESCO dari berbagai negara.
Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Andorra, Monako, dan UNESCO, H.E. Mohamad Oemar, menyoroti peran signifikan A.A. Navis dalam memperkaya literatur Indonesia dan kontribusinya terhadap perspektif dunia. A.A. Navis adalah seorang pengamat yang tajam dan kritikus sosial yang peduli terhadap identitas budaya bangsanya.
“Melalui karyanya, ia mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat keindahan bahasa, tetapi juga untuk memahami tanggung jawab sosial yang diembannya. Dia adalah seorang humanis visioner yang karyanya mampu melampaui batas waktu dan tempat,” papar Oemar, dalam keterangan tertulis yang diterima Infopublik, Senin (18/11/2024).
Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, juga menyoroti kontribusi besar Navis terhadap literasi di Indonesia. Karena A.A. Navis adalah simbol sastra Indonesia yang mengajak kita untuk merefleksikan hidup dan menumbuhkan pemikiran kritis.
“Melalui acara ini, kami berharap bahwa karya-karya Navis dapat dikenal lebih luas di dunia internasional dan menginspirasi generasi mendatang. Peringatan ini bukan hanya sekadar mengenang, tetapi juga upaya untuk menduniakan sastra Indonesia agar terus relevan di kancah global,” ujar Aminudin.
Bagian penting dari acara ini adalah gelar wicara yang dipandu oleh Romain Bertrand, seorang sejarawan dan pakar Asia Tenggara dari Universitas Science Po, Paris. Bertrand mengawali diskusi dengan memperkenalkan A.A. Navis sebagai figur signifikan dalam sastra Indonesia modern, yang dikenal karena penggambaran kritisnya terhadap masyarakat dan agama melalui cerita-cerita berlatar desa pada tahun 1950-an. “Navis dengan tajam menyingkap dinamika kehidupan desa dan menyuarakan isu-isu sosial yang relevan hingga kini,” tutur Bertrand.
Penulis Ayu Utami turut menyampaikan pandangannya mengenai pergeseran perspektif dalam sastra Indonesia dari tema pedesaan ke perkotaan. Mereka mencatat bahwa sastra Indonesia kini lebih banyak mengeksplorasi kehidupan urban dengan tema-tema yang mencerminkan perubahan sosial yang lebih luas, serta mencerminkan keberagaman suara dan perspektif.
“Ada pergeseran cerita tentang kehidupan desa ke kehidupan kota yang lebih kompleks, hal itu menunjukkan bagaimana sastra kita berkembang seiring dengan perubahan masyarakat,” ungkap Ayu Utami.
Hilmar Farid, sejarawan dan budayawan Indonesia membahas tren sastra Indonesia yang kini semakin terhubung dengan isu-isu global, meningkatnya keragaman latar belakang penulis, dan semakin eratnya hubungan antar-seniman di negara-negara selatan. Namun, di tengah keterkaitan dengan isu-isu global, menurutnya para penulis Indonesia harus tetap mempertahankan fokus pada kehidupan lokal.
“Sastra Indonesia kini tak hanya berbicara pada lingkup nasional, tetapi juga menjadi bagian dari percakapan global, terutama melalui isu-isu yang relevan dengan masyarakat Global South,” tambah Hilmar Farid.
Diskusi ini memperkaya pemahaman para hadirin tentang arah perkembangan sastra Indonesia, serta peran penting karya Navis sebagai inspirasi bagi generasi penulis saat ini. Acara ini menjadi bukti bahwa sastra Indonesia, melalui karya-karya seperti Navis, tidak hanya relevan bagi pembaca Indonesia, tetapi juga mampu menyampaikan perspektif yang unik dan menarik bagi audiens internasional.