BRIN Kukuhkan Empat Profesor Riset Baru, Dukung Ketahanan Pangan dan Energi Nasional

: Empat profesor riset baru yang telah dikukuhkan BRIN pada Rabu (14/8/2024)/ foto: BRIN


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Rabu, 14 Agustus 2024 | 16:49 WIB - Redaktur: Untung S - 399


Jakarta, InfoPublik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengukuhkan empat profesor riset baru sebagai upaya mendukung ketahanan pangan dan energi nasional, dua fokus utama pemerintah. BRIN berkomitmen mendorong hasil-hasil riset yang dihasilkan oleh para profesor ini untuk menjadi solusi bagi permasalahan pangan dan energi yang tengah dihadapi.

Sidang pengukuhan profesor riset ini berlangsung di Auditorium Soemitro Djojohadikoesoemo, Gedung BJ Habibie, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2024). Keempat kandidat profesor riset tersebut memiliki kepakaran yang beragam, yaitu Ahmad Sofyan (Kepakaran Imbuhan Pakan Ternak), Yusuf Nur Wijayanto (Kepakaran Teknologi Gelombang Mikro dan Fotonika), Natalia Maulani Nursam (Kepakaran Teknologi Sel Surya), dan Widi Astuti (Kepakaran Metalurgi Proses).

Ahmad Sofyan, salah satu profesor riset yang dikukuhkan, secara konsisten melakukan penelitian di bidang pakan dan nutrisi ternak. Pria kelahiran Pati pada 5 Oktober 1979 ini mengembangkan imbuhan pakan ternak berbasis mikroba dan tanaman dari keanekaragaman hayati Indonesia. Teknologi ini bertujuan meningkatkan produktivitas dan kualitas produk ternak dengan memanfaatkan sumber daya lokal.

"Pengembangan imbuhan pakan ini ditujukan untuk mendukung upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan imbuhan pakan dan memperkuat ketahanan pangan hewani nasional," ujar Sofyan yang menyampaikan orasi berjudul "Imbuhan Pakan Berbasis Mikroba dan Tanaman dalam Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan di Indonesia."

Sofyan menjelaskan, optimalisasi penggunaan pakan dengan penambahan imbuhan pakan (feed additive) berbasis mikroba dan bioaktif tanaman sebagai pengganti antibiotic growth promoters (AGPs) dapat meningkatkan kecernaan pakan, produktivitas ternak, serta kualitas produk seperti daging, telur, dan susu. Hal ini juga memiliki implikasi pada peningkatan nilai ekonomi budidaya ternak.

Profesor riset lainnya, Yusuf Nur Wijayanto, dalam orasinya berjudul "Divais Microwave dan Fotonika untuk Mendukung Teknologi Nirkabel Pita Lebar," mengungkapkan bahwa kebutuhan masyarakat akan layanan telekomunikasi berkecepatan tinggi dan penginderaan beresolusi tinggi semakin meningkat. Pria kelahiran Sragen, 10 April 1980 ini, menekankan pentingnya teknologi pita lebar yang mampu memberikan kapasitas besar untuk transfer data dan informasi.

"Teknologi pita lebar ini dapat dimanfaatkan dengan teknologi gelombang mikro (microwave) dan fotonika, termasuk divais pendukungnya, sebagai antarmuka dari kedua teknologi tersebut," jelas Yusuf. Ia juga menekankan pentingnya pengembangan divais ini untuk meningkatkan efektivitas serta membuka peluang untuk aplikasi jaringan nirkabel pita lebar di masa mendatang.

Natalia Maulani Nursam, yang menyampaikan orasi berjudul "Teknologi Sel Surya Generasi Ketiga sebagai Energi Alternatif Masa Depan," aktif melakukan penelitian terkait pengembangan material dan divais sel surya, khususnya teknologi sel surya generasi ketiga yang berbasis pewarna tersensitasi dan material perovskite. Perempuan yang meraih gelar doktor di bidang Chemistry dari The University of Melbourne pada tahun 2016 ini menekankan keunggulan sel surya generasi ketiga dalam hal proses fabrikasi yang lebih sederhana dan efisiensi pada berbagai kondisi cahaya.

"Sel surya generasi ketiga ini memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai energi terbarukan masa depan berbasis zero carbon, dengan aplikasi yang belum mampu dipenuhi oleh sel surya generasi sebelumnya," ujar Natalia. Tantangan yang dihadapi dalam industrialisasi teknologi ini antara lain terkait dengan efisiensi dan kestabilan, namun Natalia optimis bahwa pengembangan teknologi ini merupakan langkah penting menuju komersialisasi yang lebih luas.

Widi Astuti, yang menyampaikan orasi berjudul "Pemanfaatan Konsep Pengolahan Tuntas untuk Hilirisasi Mineral Kritis Indonesia yang Berkelanjutan dalam Rangka Mendukung Program Transisi Energi Nasional," aktif dalam penelitian terkait pengembangan teknologi pengolahan dan pemurnian mineral. Perempuan yang meraih gelar Doktor di bidang Earth Resources Engineering dari Kyushu University ini menekankan pentingnya pasokan mineral kritis yang berkelanjutan sebagai kunci dalam transisi ke energi ramah lingkungan.

"Konsep pengolahan tuntas yang berbasis pada pemanfaatan seluruh mineral dan logam yang terkandung dalam bahan mineral adalah paradigma baru yang diperlukan untuk mendukung transisi energi nasional," ujar Widi. Konsep ini juga meminimalisir limbah hilirisasi mineral dan mendukung ekonomi sirkular, di mana sisa hasil pengolahan dapat diolah lebih lanjut menjadi produk berharga.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Fatkhurrohim
  • Kamis, 19 Desember 2024 | 21:35 WIB
Panglima TNI Bersama Mentan Tinjau Program Serter di Pemalang
  • Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT
  • Kamis, 19 Desember 2024 | 18:35 WIB
Pemprov Kalbar Perkuat Tata Kelola Perikanan Tangkap untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 19 Desember 2024 | 10:55 WIB
Pertamina Buka lagi 31 Titik Baru BBM Satu Harga, Total 573 Lokasi di Seluruh Indonesia
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Rabu, 18 Desember 2024 | 16:46 WIB
Punya SDA Melimpah, Maluku Utara Topang Swasembada Pangan Nasional
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 18 Desember 2024 | 05:22 WIB
BRIN: Kabinet Prabowo Cerminkan Semangat Persatuan dan Kolaborasi
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 16 Desember 2024 | 19:17 WIB
BRIN Gelar Seminar Refleksi 2024, Kupas Arah Kebijakan Pemerintahan Prabowo