: Foto: Istimewa
Jakarta, InfoPublik - Boikot produk-produk yang terafiliasi negara Zionis Israel kembali digaungkan. Di Indonesia, sejumlah bisnis perusahaan multinasional terafiliasi Israel gonjang-ganjing pascakeluarnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mendukung perjuangan Palestina dan boikot produk terafiliasi Israel.
“Boikot terhadap produk global wajib digelorakan, Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rangka mendukung Palestina Merdeka wajib terus diikuti,” kata Wakil Sekretaris Jenderal MUI KH Ikhsan Abdullah dalam keterangan tertulis yang diterima pada Rabu (24/1/2024).
Seruan itu digemakan saat peringatan hari jadi Indonesia Halal Watch (IHW) ke-11 yang dibarengi dengan “Pemaparan hasil Survei Pengetahuan, Sikap dan Efektivitas Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 83 Tahun 2023 Tentang Boikot Produk Terafiliasi Israel Terhadap Masyarakat Indonesia”.
Ikhsan yang juga menjabat Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch (IHW) menyatakan bahwa boikot itu terus berlanjut, para pebisnis yang terdampak juga sibuk bermanuver dengan berupaya menghilangkan kesan bisnis mereka ada kaitannya dengan Israel.
Ikhsan mengatakan, survei yang dilakukan IHW untuk mengetahui, sejauh mana efektifitas Fatwa no 83/2023 diikuti masyarakat. “Kalau memang efektif, lalu harus bagaimana selanjutnya?,” ujar Ikhsan.
Hasil survei yang melibatkan responden muslim (92 persen) dan non-muslim (8 persen) di 12 kota Indonesia itu ternyata cukup positif. Data survei menunjukkan mayoritas responden dengan jumlah total 86,7 persen, menyatakan dukungan mereka terhadap Fatwa MUI.
“Mayoritas responden mempertimbangkan Fatwa MUI dalam setiap pembelian produk, sebaliknya jumlah responden yang tidak pernah mempertimbangkan fatwa kecil sekali,” kata Ikhsan.
“Responden memprioritaskan produk yang tidak terafiliasi dengan Israel, intinya konsumen kita meyakini bahwa produk nasional sudah sama dengan produk brand global,” katanya.
Menurut Ikhsan Abdullah, dukungan dan pergeseran pilihan masyarakat ke produk-produk nasional itu sangat membesarkan hati dan harus disambut oleh para produsen di Indonesia.
“Karenanya, kita harus bisa memanfaatkan momentum ini untuk mendorong produk-produk seratus persen milik perusahaan Indonesia agar terus bangkit dan semakin berjaya,” katanya.
Dr. Tantan Hermansah, selaku Peneliti Utama IHW pada survei ini menginformasikan ada temuan yang menarik dari penelitian yang dilakukan oleh timnya.
“Masyarakat sudah siap shifting atau berpindah produk, misalnya Le Minerale sangat tinggi dipilih masyarakat yang berpindah, tetapi ternyata masih lebih banyak produk yang diinginkan publik tapi tidak tersedia,” katanya.
Data menunjukkan bahwa total sebanyak 84,4 persen responden lebih cenderung memilih produk perusahaan nasional dibandingkan produk asing yang terafiliasi dengan Israel.
Hal itu menunjukkan, ada momentum yang bisa dimanfaatkan produsen nasional untuk menggantikan produk-produl global yang diketahui terafiliasi dengan Israel.
Momentum untuk mendorong kebangkitan produk nasional itu sebelumnya sempat digemakan oleh Gerakan Kebangkitan Produk Nasional (Gerbang Pronas), yang meyakini banyak produk nasional sebenarnya mampu menggantikan produk barang yang terafiliasi dengan Israel. Menurut Gerbang Pronas, Fatwa MUI tharus menjadi momentum besar kebangkitan produk nasional.
“Gerbang Pronas yakin produk nasional bisa menggantikan produk Israel,” kata Sekjen Gerbang Pronas, Ahmad Syakirin, dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu.
Ahmad Syakirin yakin bahwa produk-produk nasional tersebut sebenarnya punya kualitas yang jauh lebih baik dari produk-produk terafiliasi Israel.
"Motif kita bukan hanya sekadar solidaritas untuk Palestina. Motivasi kita untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri yang terafiliasi dengan Israel. Ini harus jadi momentum besar untuk mendorong kebangkitan produk nasional," katanya.
Inisiatif Gerakan Kebangkitan Produk Nasional, kata dia, akan menjadi bola salju yang membesar dan potensial menghancurkan konsumsi produk terafiliasi Israel di Indonesia. Karena itu, supaya lebih konstruktif dan produktif, spirit dan inisiatif ini harus diarahkan untuk mendorong hadirnya produk-produk nasional yang mendunia.