Sudinsos Jaksel Jangkau Pengemis Pria Pura-Pura Jadi Wanita

:


Oleh G. Suranto, Jumat, 23 Juni 2017 | 17:09 WIB - Redaktur: Juli - 987


Jakarta, InfoPublik – Petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan melakukan penjangkauan terhadap pengemis pria yang berpura-pura menjadi wanita. Alasannya, orang akan lebih merasa iba terhadap wanita ketimbang pria.

Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan Mursidin mengatakan,  petugasnya mendapati pengemis yang berpura-pura menjadi perempuan itu,  saat pengemis sedang beroperasi di kawasan lampu merah Permata Hijau, Jakarta Selatan.

“Saat kami sedang melakukan monitoring di kawasan Permata Hijau, kami lihat dia sedang beroperasi. Awalnya kami lihatnya wanita sedang mengemis, ya kami lakukan saja penjangkauan,” kata Mursidin di Jakarta, Jumat (23/6).

Disebutkan, setelah dilakukan penjangkauan, petugas kaget ternyata dia seorang pria. Ketika ditanya pun, dia bersuara layaknya pria. Saat petugas menanyakan kenapa dia mengemis dengan pura-pura menjadi perempuan. Alasannya jika mengemis dengan wujud lelaki asli, orang-orang tidak ada yang mau memberinya uang.

“Masa laki-laki yang masih kuat gitu ngemis. Para pengendara juga nanti ngetawain dia. Makanya dia berinisiatif jadi wanita berjilbab,” ujar Mursidin.

Pria yang kemudian diketahui bernama Nursholeh (25) asal Lampung ini mengaku sebelumnya berprofesi sebagai penjual minuman di Senayan. Namun, karena Senayan sedang direnovasi dan kondisinya juga sedang bulan puasa, jualan yang biasanya dia lakukan sepi pembeli, sehingga dia mempunyai ide megemis untuk menutup kebutuhannya sehari-hari.

Sebenarnya, Nursholeh sudah tahu kalau di Jakarta tidak boleh mengemis, Teman-teman sesama pedagang sebelumnya juga sudah mengingatkan. Jangan mengemis di lampu merah nanti kena petugas, Tapi dia nekat mengemis dengan pura-pura menjadi wanita.

Apa yang dia lakukan itu sempat ditertawakan oleh sesama Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PKS) jalanan, karena aksinya menjadi perempuan tersebut. Tapi dia cuek saja, karena menurut dia buat apa malu di Jakarta, kalau malu nggak dapat uang.

“Nursholeh yang hanya lulusan SD itu sudah berjualan minuman di Senayan lebih dari 5 tahun. Biasanya kalau habis Lebaran baru pulang kampung ke Lampung. Namun sekarang  dia Lebaran di panti karena kami sudah membawanya ke sana,” ujar Mursidin.