Menristekdikti Kenalkan Penelitian Anak Negeri dengan SINTA

:


Oleh Astra Desita, Senin, 30 Januari 2017 | 16:27 WIB - Redaktur: Juli - 864


Jakarta, InfoPublik - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir mengatakan, salah satu permasalahan yang masih dihadapi Indonesia yakni belum sebandingnya jumlah mahasiswa dan jumlah dosen dengan jumlah publikasi yang dihasilkan.

Menurutnya, kurang dikenalnya penelitian anak negeri di tingkat global antara lain akibat rendahnya publikasi global para peneliti tersebut. "Untuk mendorong kultur publikasi serta upaya mewujudkan kemandirian anak negeri, Pemerintah melalui Kemenristekdikti membangun Science and Technology Index yang diberi nama SINTA," katanya saat membuka Rakernas Kemenristekdikti 2017 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta melalui siaran pers di Jakarta, Senin (30/1).

Ia mengungkapkan, daya saing Indonesia memang sedang menurun dari peringkat 37 pada tahun 2015 ke peringkat 41 pada tahun 2016. Penurunan ini sejalan dengan rendahnya belanja R&D yang baru mencapai 0,2 persen per Gross Domestic Product (GDP). Sehingga indikator R&D yang terdiri dari publikasi, kekayaan intelektual dan prototipe masih belum optimal. Sumber belanja R&D di Indonesia juga masih didominasi 75 persen oleh anggaran pemerintah.

Sinta Science & Technology Index merupakan portal yang berisi tentang pengukuran kinerja Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang meliputi antara lain kinerja peneliti/penulis/author, kinerja jurnal, kinerja institusi Iptek.

Menristekdikti menyebutkan sistem yang selama ini sudah ada sebelumnya di Indonesia tidak operasional disebabkan beberapa hal, diantaranya karena inkosistensi dukungan tidak digunakan sebagai instrumen penentu dalam implementasi kebijakan seperti akreditasi, jabatan fungsional dan lain-lain, sehingga data tidak terupdate dan akhirnya mati.

Kemudian mekanisme pengolahan data tidak sinergis dengan instansi yang memiliki tugas dan fungsi. Lalu sistem input data belum digital sehingga sulit berkembang. Perbedaan Sinta dengan sistem sebelumnya adalah, pada Sinta terdapat fungsi relasi, sitasi dan pengindex sementara yang lain hanya relasi dan sitasi saja.

Lebih lanjut dijelaskan, Sinta menggunakan sistem entry exit digital dan dikelola secara multi sektor yang mempunyai tugas dan fungsi sinergis yakni Kemenristekdikti dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sistem ini tidak lain untuk terus mendukung para peneliti untuk terus melakukan penelitian. "Sistem ini memang masih jauh dari sempurna karena memang baru dimulai, namun akan terus disempurnakan," ujarnya.

Selain itu, sistem ini ke depan juga akan menjadi bagian untuk mendorong kenaikan jabatan fungsional dosen dan juga peneliti. "Target publikasi pada tahun 2017 sendiri sebesar 15.000 - 17.000 jumlah publikasi. Sistem ini diharapkan mampu memotivasi para peneliti untuk lebih giat menghasilkan publikasi," pungkas Nasir.