Sepanjang 2016, BNPB Pasang 17 Sistem Peringatan Dini Longsor

:


Oleh H. A. Azwar, Sabtu, 7 Januari 2017 | 19:59 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 496


Jakarta, InfoPublik - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, sistem peringatan dini longsor atau landslide early warning system (LEWS) berbeda dengan sistem yang ada di negara maju.

LEWS ini sangat cocok dan spesifik untuk negara berkembang, ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Sabtu (7/1).

Menurut Sutopo, LEWS tidak hanya bermuatan sistem teknis, berupa instrumen tetapi juga terintegrasi dengan sistem sosial. “Komponen masyarakat sebagai responden utama pada saat bencana yang terkoneksi ke organisasi yang lebih tinggi. Kekuatan tertinggi ada di masyarakat desa,” ujar Sutopo.

Dijelaskannya, November 2015 lalu, alat dari LEWS ini juga telah menyelamatkan 100 keluarga di Desa Neuhun, Masjid Raya, Aceh Besar, Aceh.

“Desa ini merupakan wilayah relokasi korban tsunami 2004 yang berlokasi di lahan bekas bukit yang dipotong untuk pemukiman,” jelas Sutopo.

Sutopo menambahkan, sepanjang 2016 BNPB telah memasang 17 LEWS di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Kerinci, Purworejo, Maluku Tengah, Sikka, dan Manokwari.

Saat ini, BNPB, BSN dan UGM mendorong upaya pengakuan internasional LEWS untuk mendapatkan sertifikasi ISO dengan judul Security and Resilience Community-Based (ISO/TC 292).

Kelebihan sistem ini karena memiliki tujuh sub-sistem yang meliputi analisis risiko; desiminasi dan komunikasi; pembentukan tim siaga bencana; pembuatan panduan operasional evakuasi; penyusunan peta dan rute evakuasi; pemantauan, peringatan dini dan geladi evakuasi; serta membangun komitmen otoritas lokal dan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan keseluruhan sistem.

Sementara itu, curah hujan tinggi dalam beberapa hari dan kondisi topografi memicu longsor di Desa Batu Hampar, Kayu Aro Barat, Kerinci, Jambi pada Jumat (6/1) dini hari. Warga segera melakukan evakuasi ketika suara gemuruh mulai terdengar. Kesiapsiagaan warga setempat terbentuk karena mereka telah melakukan geladi evakuasi.

Geladi evakuasi ini sebagai bagian dari sistem peringatan dini longsor agar dapat bekerja dengan baik. Warga yang berada di wilayah bukit terselamatkan oleh pengalaman geladi dan terbentuknya tim siaga bencana.

“Warga melakukan simulasi (sebanyak) dua kali awal bulan tahun lalu,” kata Kepala Desa Batu Hampar Sugiman, pada Jumat (6/1) sore.