:
Oleh Juliyah, Minggu, 4 Desember 2016 | 20:13 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 496
Jakarta, InfoPublik- Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani mengatakan, prasyarat budaya merupakan modal kebangkitan suatu bangsa yang dapat kita lihat dari sejarah kemajuan bangsa-bangsa lain.
"Reformasi sosial tidak akan pernah muncul hanya dengan mengandalkan reformasi kelembagaan politik dan ekonomi, melainkan perlu berjejak pada reformasi sosial-budaya. Oleh karena itu Pemerintah kembali melancarkan Gerakan Nasional Revolusi Mental," kata Puan dalam keterangan humas Kemenko PMK saat memberikan sambutan dalam acara penutupan Diskusi Panel Serial di Jakarta Convention Center, Sabtu (3/12).
Ia melanjutkan, Gerakan Nasional Revolusi Mental, membutuhkan gotong royong semua pihak agar dapat tercapai perubahan yang diinginkan. Salah satu bentuk keteladanan yang sedang dibangun oleh pemerintah adalah Peningkatan Pelayanan Publik: Pelayanan Publik yang jelas waktu, prosedur, dan biaya; Pelayanan Publik yang Cepat (dwelling Time Bongkar muat Kontainer); Saber Pungli; deregulasi dan debirokratisasi.
“Pemerintah tidak ingin hanya sekadar mengajak masyarakat melakukan Revolusi Mental, tetapi institusi Pemerintah juga harus berubah dan menjadi teladan Gerakan Nasional Revolusi Mental. Kita semua, secara bersama-sama harus melakukan revolusi mental, dengan tujuan terbentuknya karakter bangsa yang berintegritas, beretos kerja positif dan senantiasa bergotong-royong, " katanya.
Sebagai pembicara kunci, Menko PMK mengatakan bahwa, Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Bung Karno pada pidato 17 Agustus 1956, tentang tiga fase atau tahap revolusi bangsa, yaitu tahap revolusi fisik (physical revolution), tahap bertahan hidup (survival), dan tahap penamanan modal (investment). Tahap investasi mencakup upaya penanaman modal dalam arti yang seluas-luasnya. Mulai dari investasi keterampilan manusia (investment of human skill), investasi material (material investment) hingga investasi mental (mental investment).
Ia juga menambahkan bahwa, Investasi keterampilan dan material amat penting, namun yang lebih penting lagi adalah investasi mental. Investasi keterampilan dan material tidak bisa menjadi dasar persatuan dan kemakmuran bersama tanpa didasari investasi mental. "Tanpa kekayaan mental, maka upaya-upaya pemupukan keterampilan dan material hanya akan melanggengkan ketidak adilan semata," katanya.
Dalam kesempatan tersebut ia juga memberikan apresiasi kepada Yayasan Suluh Nuswantara Bakti yang mengambil peran aktif untuk menyelenggarakan serial diskusi panel serial dengan tema Urgensi Nilai Budaya Bangsa Bagi Pembangunan Indonesia. Tujuan diadakannya kegiatan panel diskusi adalah rasa untuk membangkitkan nasionalisme bangsa ini tanpa membedakan ras, suku dan budaya.