Menristekdikti Memotivasi PTS Kembangkan Produk Start-Up Jadi Industri

:


Oleh G. Suranto, Sabtu, 12 November 2016 | 22:39 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 409


Jakarta, InfoPublik - Bagian Komunikasi Publik Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristekditi) menyampaikan, bahwa Menristekdikti Mohamad Nasir melakukan kunjungan ke STMIK Primakara Bali yang menjadi tuan rumah pertemuan Forum Rektor PTS se-wilayah VIII, Bali, NTB dan NTT.

Kedatangan Menteri Mohamad Nasir kali ini tidak lain untuk memotivasi perguruan tinggi swasta untuk mengembangkan produk-produk start-up yang dapat dijadikan industri.

Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan, pemerintah kini tidak lagi membedakan mana perguruan tinggi (PT) negeri, mana PT swasta, karena keduanya mengerjakan hal yang sama, maka kemajuannya terus didorong oleh Kemenristekditi.

“Penerapan industri berbasis teknologi kini sangat penting. Perguruan tinggi ke depan harus bisa menyiapkan sumberdaya yang berkualitas,” kata Nasir di Bali, Jumat (11/11).

30 tahun ke depan, Nasir menyebutkan Indonesia akan memasuki era bonus demografi atau Millenium Development Goals (MDG) dimana jumlah angkatan kerja akan semakin banyak. Dalam menghadapi perkembangan global, maka peran perguruan tinggi semakin strategis.

“Maka dari itu, perguruan tinggi harus dikelola dengan maksimal untuk menghasilkan tenaga kerja yang baik, supaya semua lulusannya nanti memiliki kompetensi pada bidangnya masing-masing,” paparnya.

Disamping itu, permasalahan lain yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana cara meningkatkan nilai tambah untuk daya saing good and services. Dirinya menilai salah satu solusinya dapat melalui program technopreneurship. Namun sayangnya prosentase wirausaha Indonesia masih berada di angka 0,43 persen dari total usia produktif angkatan kerja. Angka ini jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Thailand (3 persen), Malaysia (5 persen), dan Singapura (7,2 persen).

Oleh karena itu, kata dia, perguruan tinggi harus merestrukturisasi cara pandangnya menjadi entrepreneur university. Kemenristekdikti dalam mendukung hal ini telah memiliki satu kelembagaan penguatan inovasi yang mempunyai fungsi memfasilitasi hasil litbang atau invensi yang sudah siap masuk ke start-up.

Dirinya berharap, paling tidak wirausahawan (technopreneur) Indonesia mencapai angka 2 persen dari total angkatan kerja. Akan lebih baik lagi apabila wirausaha ini berbasiskan teknologi (iptek). Untuk itu, pihaknya juga mendorong agar perguruan tinggi swasta semakin banyak yang memiliki akreditasi A.

“Maka saya melalui Dirjen Kelembagaan jika ada wilayah yang akreditasi B nya gemuk, itu agar didorong dan didukung supaya jadi A,” tambahnya.