BPPT dan China Lakukan Kerja Sama Bidang Biotechnology

:


Oleh G. Suranto, Kamis, 2 Juni 2016 | 14:00 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 647


Jakarta, InfoPublik - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggandeng perusahaan Qingdao Vland Biotech Group Co Ltd, China untuk mengembangkan teknologi produksi enzim dan biofertilizer.

Kepala BPPT Unggul Priyanto mengatakan, pengembangan teknologi produksi enzim dan biofertilizer ini akan memanfaatkan fasilitas yang ada di LAPTIAB-PUSPIPTEK, Serpong.

“Pengembangan teknologi enzim diarahkan untuk aplikasi enzim di industri seperti pakan ternak, pulp dan kertas, serta industri kimia lainnya. Sedangkan teknologi biofertilizer diharapkan dapat mendukung sistem pertanian hijau yang menggunakan konsep pupuk berimbang untuk meningkatkan produktivitas dengan tetap menjaga kualitas,” kata Unggul saat acara penandatanganan kerja sama antara BPPT dan China di Bidang Biotechnology di Gedung BPPT, Jakarta, Kamis (2/6).

Menurutnya, kerja sama tersebut diharapkan dapat meningkatkan penguasaan teknologi (bioteknologi) dan mendorong pengembangan bioindustri di Indonesia.

Disamping itu, kerja sama ini juga diharapkan dapat mewujudkan BPPT sebagai pusat unggulan di bidang bioteknologi yang mampu menghasilkan inovasi dan layanan teknologi di bidang bioteknologi.

Disebutkan, di kancah global saat ini sudah banyak berkembang industri bioteknologi modern yang menghasilkan produk dengan volume kecil tapi memiliki nilai ekonomi sangat tinggi, seperti vaksin, enzim dan antibiotic atau antiviral.

Produk-produk seperti itu siap menguasai dan membanjiri pasar yang ada di negara-negara berkembang tidak terkecuali Indonesia. Sebagai contoh, hampir 99 persen kebutuhan produk enzim untuk industri di Indonesia masih diimpor dari India, China dan Eropa.

Perkembangan industri bioteknologi (bioindustri) di Indonesia relatif lambat dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya seperti India dan China. Padahal Indonesia memiliki sumberdaya hayati yang cukup melimpah dan terbesar nomor empat setelah Brazil, China, dan Afrika Selatan.

Banyak hasil-hasil riset terkait pemanfaatan mikroorganisme lokal yang punya potensi untuk dikembangkan lebih lanjut ke industri namun tidak berlanjut dan tidak tuntas. Disamping permasalahan anggaran riset yang masih rendah, hasil kajian teknologi dari lembaga Litbang juga sebagian besar belum siap diaplikasikan di industri.

“Upaya-upaya konkret perlu dilakukan untuk menghasilkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan industri serta secara tekno-ekonomi layak diaplikasikan di Industri,” ucapnya.

Untuk melakukan akselerasi perkembangan bioteknologi tersebut, BPPT melakukan kerja sama dengan lembaga riset maupun mitra industri dari China yang juga bagian dari kerja sama Indonesia-China di bidang sains dan teknologi yang telah dimulai sejak 2011 oleh Kemenristekdikti dan MOST of China, serta dikoordinaskan oleh Kedutaan Besar China melalui First Secretary of Science and Technology.