:
Oleh Astra Desita, Kamis, 2 Juni 2016 | 08:50 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 487
Surabaya, InfoPublik - Setiap tahun, puluhan ribu mahasiswa di berbagai PTN Tanah Air mendapat bantuan studi dari pemerintah. Program Bidikmisi membuka peluang mereka untuk kuliah dengan dibiayai negara hingga lulus. Tidak hanya itu, penerima Bidikmisi juga mendapat tunjangan biaya hidup setiap bulan.
"Kepada para penerima Bidikmisi ada tiga hal untuk bisa menjalankan kuliah dengan sukses, yaitu cerdas, kerja keras, dan ikhlas. Tiga hal ini harus Anda pegang dan camkan. Tidak perlu minder dan berkecil hati karena ketidakmampuan secara ekonomi. Pemerintah akan menyiapkan semua biaya untuk keberhasilan studi Anda,” tutur Menristekdikti saat berdialog dengan penerima program Bidikmisi di kampus ITS Surabaya, Rabu (1/6).
Menristekdikti berjanji jika para penerima Bidikmisi kelak bisa lulus dengan IPK di atas 3,5, maka mereka dipersilakan untuk melanjutkan ke program S-2 atau S-3 dengan beasiswa juga.
“Silakan terus perdalam ilmu kalian. Jika beasiswa terlambat cair bisa hubungi saya langsung. Karena kelancaran studi Anda antara lain ada pada cair-tidaknya beasiswa Anda,” katanya.
Sejak diluncurkan pada 2010, Bidikmisi telah membantu perkuliahan jutaan mahasiswa Indonesia. Kini ada 286.951 penerima Bidikmisi dengan total anggarannya mencapai Rp2,9 triliun.
“Keterbatasan anggaran menyebabkan kuota Bidikmisi belum sempat ditambah. Jumlahnya akan bisa ditambah jika anggarannya nanti bertambah,” kata Mohamad Nasir.
Dalam melakukan monitoring dan evalusi di dua kampus yaitu Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Institut Teknologi Surabaya (ITS) Menristekdikti didampingi Rektor ITS, Prof Joni Hermana MScES PhD dan jajaran wakil rektor serta dekan, dan ketua jurusan Desain Produk ITS, Ellya Zulaikha PhD.
Dalam sambutannya ketua jurusan Desain Produk ITS, Ellya Zulaikha, mengatakan ITS baru melakukan tes ketrampilan sejak 4 tahun yang lalu dan memang terasa sekali perbedaannya ketika mahasiswa yang diterima telah melewati ujian ketrampilan dengan yang tidak melewatinya. "Butuh kemampuan khusus untuk mentransfer dan mengubah pikiran ataupun imajinasi menjadi visual,” tutur Ellya.
Ujian ketrampilan yang dilakukan terdiri dari tes ketrampilan menggambar dan wawancara mengenai wawasan seni rupa dengan total peserta sebanyak 778 yang terbagi atas dua sesi.
“Tidak semua yang tes di sini (Despro ITS) adalah peserta yang mendaftar di ITS. Karena dimanapun mendaftarnya mereka bisa memilih lokasi untuk ujian ketrampilan yang terdekat dan bisa dijangkau dari lokasi mereka,” jelasnya.
Untuk penilaian, dari tim penilai Despro ITS menetapkan 60 persen tes menggambar dan 40 persen wawancara. “Namun untuk perbandingan penilaian antara ujian ketrampilan dan ujian tulis kami serahkan pada panitia pusat. Kami tidak bisa menentukan,” lanjutnya.
Usai melakukan Monev, Menristekdikti Moh. Nasir mengatakan harus adanya korelasi positif antara model seleksi dengan target capaian. “Kalau tidak berkorelasi positif maka akan ditambah kegiatan seleksinya,” katanya.
Yang penting kata dia, adalah adanya standarisasi nilai antara satu universitas dengan universitas lain. “Jangan sampai ada calon mahasiswa baru yang nilainya baik namun gagal lolos karena standar nilai yang ditetapkan terlalu tinggi dan juga sebaliknya. Sehingga harus ada standar penilaian ujian ketrampilan,” katanya.
"Harus ada model seleksi yang setara untuk lulusan SMA yang tidak dibekali pelajaran seni rupa terlalu mendalam supaya ada korelasi untuk menempuh program studi yang dituju," pungkas Nasir.