:
Oleh Juliyah, Minggu, 29 Mei 2016 | 01:18 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 436
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Kesehatan bertekad untuk melindungi generasi bangsa tidak hanya dari dampak buruk rokok bagi kesehatan namun juga dampak sosial, lingkungan, ekonomi akibat mengonsumsi rokok dan paparan asap rokok.
Untuk itu Kemenkes kembali meluncurkan iklan layanan masyarakat Suara Hati Anak dengan seruan “Sayangi dirimu, sayangi keluargamu, berhentilah merokok!.
"Pesan-pesan kesehatan tentang bahaya merokok yang kita tayangkan sebenarnya mendapat perhatian dari anak-anak kita yang merupakan investasi masa depan bangsa, harapannya masyarakat khususnya generasi muda mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih banyak tentang bahaya merokok dari berbagai sisi," kata Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, dalam Peluncuran Iklan Layanan Masyarakat (ILM) bertajuk “Suara Hati Anak”, dalam rilis pers Kemenkes di Jakarta, Sabtu (28/5).
Merokok merupakan salah satu penyebab utama kematian penyakit tidak menular yang bisa kita cegah dengan melindungi generasi muda dari paparan asap rokok secara dini. Karena itu, Menkes mengajak masyarakat bersama-sama memiliki komitmen yang tinggi untuk memperjuangkan perlindungan masyarakat khususnya generasi muda dari dampak negatif merokok.
Sejalan dengan tema nasional peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2016 yaitu Suarakan Kebenaran, menitikberatkan pada perjuangan kita melindungi masyarakat dari dampak negarif merokok yang bukan hanya menimbulkan masalah kesehatan namun juga menghasilkan masalah-masalah sosial baik dalam rumah tangga maupun dalam lingkungan masyarakat.
“Tidak sedikit anak-anak putus sekolah karena tidak ada biaya. Tidak terhitung lagi berapa banyak anak-anak yang kekurangan gizi karena pengeluaran rumah tangga lebih banyak untuk membeli rokok," ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, Anung Sugihantono, mengatakan iklan layanan masyarakat (ILM) memunculkan dampak sosial yang ditimbulkan akibat mengonsumsi rokok.
ILM tersebut dibuat berdasarkan kisah nyata seorang nelayan di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, yang dituturkan oleh salah seorang pejuang pengendalian rokok di Indonesia, Fuad Baradja.
Iklan layanan masyarakat “Suara Hati Anak” menampilkan seorang ayah yang harus terbaring di tempat tidur karena penyakit yang disebabkan oleh konsumsi tembakau, putrinya terpaksa meninggalkan sekolah untuk membantu keluarganya. Penderitaan yang dialami keluarga ini merupakan bukti, mulai dari kondisi fisik ayah yang melemah, rasa bersalah karena menjadi penyebab putrinya kehilangan kebahagiaan, dan masa sekolah yang menyenangkan.
Sang putri berpikir mengapa ayahnya mengkonsumsi tembakau, dan bertanya “Bagaimana Ayah mencintaiku, jika ia tidak mencintai dirinya sendiri?”. ILM ini diakhiri dengan seruan “Sayangi dirimu, sayangi keluargamu, berhentilah merokok!
WHO menyebutkan, satu dari lima anak Indonesia memulai perilaku merokok sebelum memasuki usia 10 tahun dan menjadi ketergantungan sebelum usia 13 tahun, bahkan lebih muda dari itu.
Data hasil Riskesdas 2013, perilaku merokok pada penduduk 15 tahun ke atas cenderung terus meningkat dari 34,2 persen pada tahun 2007 menjadi 36,3 persen pada tahun 2013. Kondisi ini merata di seluruh Provinsi.