:
Oleh Juliyah, Selasa, 26 April 2016 | 14:20 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 662
Jakarta, InfoPublik - Di Asia Tenggara ada 100 juta orang derita Hepatitis B kronis (HBV) dan 30 juta lainnya hepatitis C kronis (HCV). Sebagian besar mereka butuh pengobatan di suatu waktu dalam periode hidup mereka.
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes RI Mohamad Subuh kebutuhan pengobatan menjadi mendesak bagi mereka yang telah memiliki kerusakan hati dan berisiko tinggi mengalami komplikasi bahkan kematian dini. “Sebagian besar morbiditas dan mortalitas akibat Hepatitis virus berhubungan dengan Hepatitis B dan Hepatitis C yang kronis," katanya di sela-sela Workshop on Developing The Regional Action Plan For Hepatitis di Jakarta, Selasa (26/4).
Disebutkan, setiap tahun di wilayah Asia Tenggara, Hepatitis B menyebabkan hampir 1,4 juta kasus baru dan 300.000 kematian. Sedangkan, Hepatitis C menyebabkan sekitar 500.000 kasus baru dan 160.000 kematian. Prevalensi Hepatitis B kronis adalah sekitar 8% di Democratic People’s Republic of Korea, Myanmar Thailand, dan Indonesia, sedangkan prevalensi di Timor-Leste diperkirakan 6 -7%.
Sementara itu, terdapat negara tertentu di kawasan Asia Tenggara yang memiliki sejumlah besar kasus Hepatitis virus. India misalnya, memiliki hampir 40 juta orang dengan infeksi HBV kronis dan 12 juta orang terinfeksi dengan HCV kronis. Selain itu, sekitar 65% dan 75% dari orang-orang dengan HBV kronis dan infeksi HCV, masing-masing tidak menyadari status mereka. "Wilayah ini juga memiliki kasus besar Hepatitis A dan E, yang lebih dari 50% beban Hepatitis E global ada dalam wilayah ini," ungkapnya.
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menemukan bahwa prevalensi HBsAg adalah 7,2%. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan data tahun 2007, yaitu 9,4% pada populasi umum. Diperkirakan 18 juta orang memiliki Hepatitis B dan 3 juta orang menderita Hepatitis C. Sekitar 50% dari orang-orang ini memiliki penyakit hati yang berpotensi kronis dan 10% berpotensi menuju fibrosis hati yang dapat menyebabkan kanker hati.
Kemkes menyebutkan angka-angka ini menunjukkan bahwa 1.050.000 pasien memiliki potensi untuk menjadi kanker hati. Untuk itu, surveilans Hepatitis B dan Hepatitis C telah dilakukan di kalangan penduduk berisiko tinggi. Untuk mengendalikan Hepatitis Virus di Indonesia Kemkes miliki lima aksi utama, yaitu peningkatan kesadaran, kemitraan dan mobilisasi sumberdaya, pengembangan Surveilans Hepatitis untuk mendapatkan data sebagai dasar untuk penyusunan respons penanggulangan, memperkuat hukum dan peraturan, upaya pencegahan secara komprehensif; dan deteksi dini dan tindak lanjutnya yang mencakup akses perawatan, dukungan dan pengobatan.
Selain itu, untuk memperkuat program pengendalian Hepatitis, sedang dilakukan beberapa upaya, diantaranya meningkatkan advokasi, teknis, dan pengetahuan umum tentang Hepatitis virus kepada anggota masyarakat, penyedia layanan kesehatan dan stakeholder.. Kemudian mendorong Dinas Kesehatan untuk mengembangkan rencana strategis tingkat provinsi, memperluas akses masyarakat terhadap perawatan, dukungan dan pengobatan, mengintegrasikan upaya kesehatan yang berhubungan dengan Hepatitis virus, HIV AIDS, serta kesehatan ibu dan anak, dan mengintegrasikan upaya kesehatan masyarakat yang baik melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja.
Berikutnya, memperbaiki strategi nasional pengendalian Hepatitis dan Memperbaiki pedoman. Strategi menuju eliminasi penularan Hepatitis B dari ibu ke anak 2020 melalui peningkatan cakupan imunisasi pada bayi baru lahir < dari 24 jam dari saat kelahirannya, deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil dan kelompok berisiko tinggi lainnya, masing-masing dengan cakupan paling tidak 90%.
Sedangkan Strategi untuk mencapai Eliminasi Hepatitis C Tahun 2030: melalui Tatalaksana kasus Hepatitis C dengan pemilihan jenis obat yang tingkat kesembuhan diatas 90%, efek samping relatif rendah, dan harga yang terjangkau, deteksi dini penemuan kasus secara aktif , masing-masing cakupan sekitar 90%.
"Diharapkan dengan upaya pencegahan dan pengendalian Hepatitis di Indonesia tersebut, akan tercapai Eliminasi Penularan Hepatitis B, bersama dengan HIV dan Sifilis dari ibu ke anak Tahun 2020 sedangkan Eliminasi Hepatitis C diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030," ujarnya.