Menaker: Keterampilan Kunci Kesuksesan Ketenagakerjaan

:


Oleh H. A. Azwar, Senin, 25 April 2016 | 20:59 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 714


Jakarta, InfoPublik - Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri menilai keterampilan merupakan kunci kesuksesan para tenaga kerja.

Menurut Hanif, masih banyaknya pekerja yang berketerampilan terbatas, memicu ketimpangan pendapatan, sehingga menimbulkan kecemburuan sosial di masyarakat.

Perlu dilakukan upaya untuk menggenjot keterampilan atau skill dari tenaga kerja Indonesia. Salah satu yang dihadapi para tenaga kerja kita adalah masalah ketimpangan pendapatan, ada orang yang sangat ahli bidang ini dibayar mahal, namun jika tidak ahli dibayar murah, ini kan masalah, kita mau pendapatan itu merata, dan kita akan perbaiki masalah ini, ujar Hanif di kantor Kemnaker, Jakarta, Senin (25/4).

Dia menambahkan, masalah pendapatan bisa berujung pada kecemburuan sosial yang berdampak juga pada meningkatnya angka kriminalitas.

Sebetulnya, masalah keahlian tenaga kerja ini banyak dampaknya. Tak sekadar masalah pendapatan saja, lebih dari itu. Makanya kita agak khawatir akan keadaan ini, imbuhnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Staitistik melansir tingkat Gini rasio Indonesia pada September 2015 mencapai 0,40. Angka ini termasuk kategori mengkhawatirkan. Namun begitu, dibanding Gini rasio Maret 2015 ada sedikit penurunan. Di mana, angkanya pada bulan itu mencapai 0,41.

Sementara itu, upaya pemerintah meningkatkan investasi di luar Pulau Jawa turut membantu peningkatan penyerapan tenaga kerja. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat kenaikan penyerapan tenaga kerja di luar Pulau Jawa pada triwulan pertama 2016 sebesar 17,1 persen dari triwulan pertama 2015. Besar kenaikan dari 124.931 tenaga kerja menjadi 146.320 tenaga kerja.

Sedangkan penurunan angka tenaga kerja terjadi di Pulau Jawa pada triwulan pertama 2016. Adapun besarannya sekitar 5 persen bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Penyerapan tenaga kerja Indonesia di Pulau Jawa pada triwulan pertama 2015 sejumlah 190.298 orang.

Untuk di luar Jawa justru terjadi peningkatan serapan tenaga kerja dari 124.931 tenaga kerja Indonesia, naik menjadi 146.320 atau naik 17,1 persen, ujar Kepala BKPM Franky Sibarani di Jakarta, Senin (25/4).

Menurutnya, hingga saat ini, besaran realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp80,7 triliun atau 55,1 persen dari total investasi. Sedangkan realisasi luar Jawa terus tercatat naik menjadi sebesar Rp65,8 triliun atau 44,9 persen dari total investasi.

“Realisasi Pulau Jawa Rp80,7 triliun, telah menyerap 180.850 tenaga kerja Indonesia. Untuk di luar Jawa Rp65,8 triliun, telah serap 146.320 tenaga kerja,” ujar Franky.

Dijelaskannya, naik-turunnya angka serapan tenaga kerja di Indonesia merupakan hal yang wajar. Hal tersebut juga dapat diartikan gairah ekonomi di luar Jawa tengah mengalami peningkatan yang cukup berarti.

“Kita lihat memang ini man project naik turun biasa sebetulnya, yang penting adalah bahwa sejauh mana tren investasinya,” jelasnya.

Penurunan serapan tenaga kerja di Pulau Jawa yang terjadi pada triwulan pertama 2016 juga masih berpotensi terjadi hingga triwulan berikutnya. Namun, penurunan serapan tenaga kerja tersebut tidak serta merta diikuti dengan turunnya investasi di Jawa.

Kalau triwulan pertama turun tapi secara keseluruhan masih naik. Bisa disebabkan karena investasi di Jawa banyak industri padat modal bisa saja lebih banyak, pungkas Franky.