:
Oleh Juliyah, Rabu, 20 April 2016 | 09:00 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K
Jakarta, InfoPublik - Hepatitis C sekarang bukan menjadi penyakit yang menakutkan serta mematikan lagi. Dengan obat-obatan kombinasi terbaru, penyakit ini sekarang bisa lebih cepat disembuhkan dan dengan harga terjangkau.
Obat kombinasi terbaru ini menggunakan kombinasi obat Sofosbuvir ditambah dengan Ledipasvir atau Daclastavir tergantung dari tipe virus yang diidap oleh pasien Hepatitis C.
Seorang mantan pasien hepatitis C yang juga Direktur LSM Indonesia AIDS Coalition (IAC), Aditya Wardhana mengatakan, saat ini mera dimana Hepatitis C bisa dikalahkan.
"Saya telah sembuh dari penyakit ini dan saya yakin selama pemerintah berkomitmen kuat, pasien Hepatitis C lain di Indonesia juga bisa sembuh seperti saya," kata Aditya dalam keterangan pers yang diterima InfoPublik di Jakarta, Sabtu (19/4).
Menurut Aditya, dirinya beruntung bisa menjadi orang dari kelompok pertama yang menggunakan obat-obatan generasi terbaru ini guna mengobati Hepatitis C yang diidapnya selama 16 tahun terakhir.
"Setelah menjalani pengobatan selama enam bulan, dia kemudian dinyatakan oleh dokter sembuh total dari penyakit ini," ungkapnya.
Berbeda dengan obat-obatan Hepatitis C generasi sebelumnya yang penggunaannya dengan cara disuntikan ke tubuh pasien seminggu sekali, obat-obatan jenis terbaru ini sekarang cukup diminum setiap harinya satu pill selama 3 sampai dengan 6 bulan tergantung kondisi hati pasien dan tipe virusnya. Tingkat kesembuhan obat-obatan terbaru ini pun cukup tinggi mencapai 98 sampai 100 persen.
“WHO sebagai badan kesehatan dunia minggu lalu telah mengeluarkan Pedoman Pengobatan terbaru bagi penyakit Hepatitis C dengan memasukan obat-obatan terbaru ini ke dalam rekomendasinya. Hadirnya kombinasi obat Sofosbuvir, Ledipasvir dan Daclastavir telah menjadi game changer yang akan merubah Hepatitis C menjadi penyakit yang bisa benar-benar dikendalikan," katanya.
Beberapa negara seperti Amerika, Australia, India, Brazil, Thailand dan sejumlah negara lain pun telah memulai program pengobatan massif dengan obat-obatan ini. Namun sayangnya, pemerintah Indonesia belum bergerak cepat mengambil langkah serupa dengan mengadakan program pengobatan Hepatitis C dengan jenis obat terbaru ini.
Pemerintah Indonesia ketinggalan dibanding pemerintah di banyak negara lain dalam mencegah kematian akibat Hepatitis C. Kementerian Kesehatan Indonesia sendiri telah memiliki data estimasi bahwa diperkirakan ada sekitar 1 persen dari total populasi penduduk Indonesia atau sekitar 2,5 juta penduduk terinfeksi oleh virus Hepatitis C ini.
Namun sayangnya, pengobatan yang diupayakan oleh Pemerintah Indonesia masih pengobatan generasi sebelumnya yaitu dengan menggunakan Peggylated interferon yang berbiaya tinggi dan mempunyai tingkat kesuksesan lebih rendah dibanding obat-obatan era sofosbuvir ini.
Saat ini, pengobatan dengan suntikan Peggylated Interferon yang dijamin oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) harganya mencapai 2,5 juta rupiah sekali suntik setiap minggunya atau sekitar 10 juta setiap bulannya. Pengobatan dengan obat tipe lama ini pun lebih panjang karena membutuhkan waktu antara 6 sampai 12 bulan sehingga total yang harus ditanggung oleh Pemerintah Indonesia melalui JKN dapat mencapai 60 atau 120 Juta rupiah tergantung tipe virus dan kondisi liver.
Sementara dengan menggunakan obat-obatan era sofosbuvir, harganya hanya sekitar 3 juta rupiah sebulan. Sehingga total durasi pengobatan dengan menggunakan obat-obatan tipe baru ini cukup dengan dana 9 sampai 18 juta rupiah tergantung tipe virus dan kondisi liver.
Ditilik dari tingkat kesuksesan kesembuhan, obat suntik generasi lama itu tingkat kesuksesannya hanya sekitar 40-70 persen sementara obat-obatan oral generasi terbaru ini tingkat kesuksesannya dapat mencapai 98-100 persen.
Mengantisipasi masih abainya pemerintah mengupayakan obat-obatan terbaru ini, LSM Indonesia AIDS Coalition (IAC) pun bergerak cepat dengan membuat sebuah Buyers Club yang bertujuan memfasilitasi pasien Hepatitis C yang membutuhkan obat-obatan terbaru ini untuk mengimportnya dari India.
LSM ini membuat sebuah group di Facebook yang bernama “Pengobatan Hepatitis C” serta menyiapkan sebuah nomer hotline yang setiap harinya membantu pengidap Hepatitis C yang membutuhkan pengobatan dan ingin membeli obat-obatan generik generasi terbaru ini langsung dari India.
Sampai saat ini tercatat ada sekitar kurang lebih 100an pasien yang telah berhasil membeli obat generik ini dari India melalui Buyers Club dan mayoritas dari mereka bisa berhasil dalam pengobatannya.
Aditya pun menambahkan, “Apa yang kami lakukan dengan Buyers Club ini adalah tindakan sementara. Hal ini akan kami terus lakukan sampai nanti akhirnya Pemerintah Indonesia mau tergerak untuk secara serius mengobati para pasien dengan menggunakan obat-obatan terbaru ini.
BPJS akan mampu menghemat pengeluarannya jika pemerintah mau memasukan obat-obatan jenis terbaru ini ke dalam JKN dibanding sekarang yang hanya menanggung obatan-obatan Hepatitis C injeksi berharga mahal dan kurang efektif.
"LSM Indonesia AIDS Coalition sangat berharap pemerintah segera membuka matanya dan bergerak cepat dengan mengupayakan pengobatan baru yang lebih efektif serta terjangkau ini bisa diakses oleh pengidap Hepatitis C di Indonesia sehingga bisa menyelamatkan banyak nyawa dari kematian yang tidak perlu," ujarnya.