:
Oleh Astra Desita, Kamis, 31 Maret 2016 | 18:53 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 176
Serang, InfoPublik - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyatakan, pemerintah daerah jangan memaksakan semua sekolah harus melaksanakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) karena tidak semua sekolah memiliki fasilitas komputer.
"Tujuannya bukan UNBK. Tujuannya belajar memanfaatkan komputer. Jadi jangan yang dituju seratus persen UNBK, tapi seratus persen komputer bisa dipakai untuk belajar," kata Mendikbud Anies Baswedan saat mengunjungi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Rumah Dunia di Kota Serang, Kamis (31/3).
Mendikbud mengatakan, pemerintah tidak memiliki target semua sekolah harus melaksanakan UNBK, karena ujian bisa dilaksanakan dengan cara berbasis kertas atau "paper based test--PBT". Sehingga pemerintah daerah tidak perlu membeli komputer untuk pelaksanaan UN.
"Jadi saya selalu bilang, pemda-pemda jangan belanja komputer buat UN, kemahalan. UN bisa pakai kertas. Tapi kalau beli komputer dipakai untuk belajar, dipakai untuk mengakses informasi, yang diakhir tahun bisa dipakai buat UN," katanya.
Menurut Anies, kalau sekolah yang belum punya komputer tidak perlu memaksakan untuk ikut UN dengan sistem UNBK. Apalagi jika sampai harus membebani orang tua murid mengadakan iuran untuk membeli komputer di sekolah anak-anaknya.
"Kita tidak ingin ada orang tua harus iuran, kita tidak ingin masyarakat dibebani hanya karena ingin ujiannya pakai komputer. Karena yang butuh pakai kompuer itu belajarnya, bukan ujiannya. Jadi tidak ada target harus dan kapan seratus persen UNBK," kata Anies.
Mendikbud meminta untuk menghadapi UN yang akan dimulai 4 April nanti, para siswa yang akan mengikuti UN untuk belajar dan menjaga kesehatan.
"Belajar yang serius dari pagi, siang dan sore. Malam tidur yang cukup, supaya badannya selalu sehat. Dan nanti menjelang UN, malam-malam tidak usah belajar lagi, karena belajarnya cukup sekarang," kata Anies.
Mendikbud juga meminta media bisa ikut membantu menyadarkan masyarakat terkait pendidikan. Sehingga masyarakat memiliki kesadaran untuk tidak melihat pendidikan itu sekadar soal ujian saja. Sebab hal yang lebih penting dalam pendidikan adalah prosesnya bukan sekedar UN.
"Kita kalau mau ujian baru rame-rame ngomongin soal pendidikan. Pendidkan justru jauh lebih penting prosesnya, yang 11 bulan itu. Pendidikan adalah proses penumbuhan kreativitas, proses penumbuhan karakter, proses penumbuhan komunikasi dan lain-lain. Itu yang harus jadi konsentrasi," pungkasnya.