:
Oleh H. A. Azwar, Rabu, 30 Maret 2016 | 10:50 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 562
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Ketenagakerjaan terus melakukan revitalisasi Balai Latihan Kerja, terutama yang dimiliki dan dikelola pemerintah daerah.
Upaya tersebut dilakukan agar BLK mampu mengikuti kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar kerja dan industri.
Adapun aspek yang dibenahi dalam revilatisasi BLK ini meliputi infrastruktur dan peralatan pelatihan; kuantitas dan kualitas instruktur; metode dan kurikulum pelatihan; dan manajemen pengelolaan BLK.
Kita targetkan merevitalisasi 70 Balai Latihan Kerja pada tahun 2016 ini. Ini perlu dilakukan agar kualitas pekerja Indonesia semakin baik sehingga mempercepat pengurangan pengangguran dan meningkatkan daya saing pekerja, kata Khairul Anwar, Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kemnaker, dalam acara diskusi dengan tema “Revitalisasi BLK dan Cetak Pengangguran Jadi Wirausaha di kantor Kemnaker, Jakarta, Selasa (29/3).
Menurut Khairul, Kemnaker terus mendorong BLK menjadi pusat dari peningkatan kompetensi masyarakat berdasarkan kebutuhan lokal. BLK pun harus memperhatikan basis potensi SDA dan mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif di daerah-daerah.
Pembenahan BLK terus dilakukan meskipun terkendala terbatasnya anggaran. Pembenahan ini harus mengikuti standar kualitas terbaik yang sudah dimilki UPT Pusat milik Kemnaker yang kondisinya sudah sangat baik, ujarnya.
Berdasarkan data Kemnaker, jumlah BLK totalnya ada 279. Sebanyak 17 milik pusat dan 262 BLK milik pemda Provinsi, Kabupaten/kota. Dari 263 BLK Pemda yang kondisi baik sebanyak 55. Sedangkan BLK dengan kondisi Sedang sebanyak 120 BLK dan sisanya kondisinya buruk.
Dari sekian BLK tersebut, papar Khairul, sebagian besarnya adalah kondisinya sedang dan buruk. “Buruknya antara lain disebabkan kurangnya tenaga instruktur dimana saat ini hanya 3.300 orang tenaga instruktur. Idealnya 27 ribu tenaga instruktur. Jadi, kita masih kurang banyak,” tutur Khairul.
Khairul menjelaskan, yang dilatih dan dididik di BLK selain tenaga kerja formal juga calon wirausaha. “Memang didik dan latih seseorang menjadi wirausaha jauh lebih sulit dibanding dilatih dan dididik jadi tenaga kerja formal yang terampil,” jelas Khairul.
Menurut Khairul, jenis pelatihan yang diminati antara lain pelatihan keterampilan kejuruan otomotif, las, bangunan kayu dan batu, elektonik, komputer, teknologi informasi, menjahit, kerajinan tangan, pertanian dan perkebunan serta lainnya.
Melalui pelatihan kerja yang berbasis kompetensi di BLK diharapkan pasar kerja baik di pasar kerja lokal, nasional maupun pasar kerja luar negeri dapat terus berkembang dan siap memenangkan persaingan di era MEA, tukas Khairul.