Intervensi Sensitif Berkontribusi 70% Dalam Keberhasilan Perbaikan gizi

:


Oleh Juliyah, Selasa, 22 Maret 2016 | 19:57 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 927


Jakarta, InfoPublik - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan, perbaikan gizi selain dilakukan melalui intervensi spesifik oleh sektor kesehatan perlu didukung oleh intervensi sensitif yang dilakukan oleh sektor non-kesehatan.

Menurutnya, intervensi sensitif yang dilakukan oleh sektor non-kesehatan, antara lain melalui peningkatan produksi pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga, perlindungan sosial untuk pengentasan kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan (PKH), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), penyediaan air bersih dan sanitasi dan program pemberdayaan perempuan. "Intervensi  sensitif terbukti mampu berkontribusi sampai 70% untuk keberhasilan perbaikan gizi masyarakat, terutama untuk penurunan angka stunting," katanya disela-sela membuka puncak peringatan Hari Gizi Nasional Ke- 56 di Jakarta, Selasa (22/3).

"Untuk itu, kolaborasi efektif dan berkesinambungan untuk mengidentifikasi langkah terobosan dalam mempercepat pencapaian sasaran-sasaran peningkatan gizi masyarakat perlu ditingkatkan," imbaunya.

Selain itu menurutnya, Perbaikan gizi khususnya penurunan stunting menjadi salah satu agenda prioritas pembangunan kesehatan. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Pemerintah melakukan upaya Perbaikan gizi melalui pendekatan continuum of care dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari masa kehamilan sampai anak berumur 2 tahun. Selain itu sasaran akan diperluas dengan mengembangkan jangkauan pelayanan gizi pada remaja puteri dan calon pengantin, yaitu pemberian tablet tambah darah pada remaja putri sesuai standar.

Selanjutnya, pelayanan gizi pada ibu hamil terus diperkuat dan ditingkatkan melalui integrasi gizi dengan KIA, deteksi dini ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan ibu hamil anemia melalui antenatal care (ANC) terpadu.

Selain itu, Program Indonesia Sehat yang difokuskan pada 4 program prioritas yaitu, percepatan penurunan kematian ibu dan kematian bayi, perbaikan gizi khususnya stunting, penurunan prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular. 

Untuk itu, dilakukan pendekatan keluarga sebagai strategi untuk perubahan perilaku keluarga dan masyarakat, khususnya dalam pengenalan terhadap risiko penyakit.