Menpora Menimba Ilmu di Sport Science Victoria University

:


Oleh Astra Desita, Selasa, 22 Maret 2016 | 10:14 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 319


Jakarta, InfoPublik - Menpora Imam Nahrawi didampingi Kepala Komunikasi Publik Kempora Gatot Dewa Broto dan Kepala Konjen RI untuk Victoria dan Tasmania Dewi Savitri Wahab  mengunjungi kompleks Sport Science Victoria University, Melbourne, Australia, Senin, (21/3).

Kehadiran Menpora disambut oleh Vice Chancellor & President Victoria University International Melbourne, Peter Dawkins dan mendapat paparan dari salah satu Dekan College of Sport & Exercise Science, Hans Westerbeek.

Sport science di Victoria University merupakan salah satu yang terbaik Di Australia. Hans memaparkan bahwa perkembangan olah raga di negara maju pada era modern sekarang ini prestasi olahraga tidak hanya ditentukan oleh bibit-bibit atletnya namun juga Sport Science yang diterapkan pada metode pelatihannya.

Menpora sangat antusias menerima penjelasan dan berharap untuk menerapkannya di Indonesia. "Indonesia memiliki peluang yang besar untuk pengembangan olahraga melalui pelatihan dan penelitian. Sebuah prestasi pastinya memerlukan biaya yang besar, namun dengan (penerapan) sport science anggaran yang terbatas memungkinkan untuk meraih prestasi terbaik" kata Menpora.

Menpora juga menyampaikan permohonannya agar Victoria University dapat membantu Indonesia untuk pengembangan Sport Science Di Indonesia. Pihak Victoria University menyambut baik ajakan dari Menpora. Pada pertengahan April 2016, Dawkins didampingi beberapa staffnya akan berkunjung ke Indonesia untuk mengadakan road show ke lima kota Di Indonesia, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, dan Bandung.

Imam mengharapkan agar pada kunjungan tersebut dapat ditandatangani Letter of Intent sebagai awal untuk menyusun MoU dalam pengembangan keolahragaan di Indonesia khususnya di bidang Sport Science. Setelah pemaparan, Menpora diajak berkeliling kompleks sport science Victoria University seperti Altitude Room, Chemical Room, serta Altitude hotel.

Bahkan di altitude room dan hotel disediakan fasilitas untuk adaptasi ke daerah yang memiliki kadar oksigen rendah.  "Atlet tidak perlu mengeluarkan anggaran  besar untuk berlatih ke negara dengan kadar oksigen rendah seperti Bolivia, karena dapat dilakukan di negara sendiri sehingga durasi waktu adaptasi cuaca atlet ke negara tersebut dapat diminimalkan," kata Dawkins.