:
Oleh H. A. Azwar, Kamis, 4 Februari 2016 | 23:14 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 465
Jakarta, InfoPublik - Indonesia dan Negara-negara ASEAN saat ini tengah memasuki masa pasar global Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk itu, masyarakat Indonesia saat ini harus merubah paradigma dalam menghadapi MEA.
Menurut Staf Ahli Bidang Kebijakan Publik Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Bambang Satrio Lelono di Jakarta, Kamis (4/1), masyarakat Indonesia harus mensiasati persaingan ketat sektor ketenagakerjaan dalam MEA melalui peningkatan sumber daya manusia berbasis pengetahuan.
Agar tenaga kerja mampu berkompetisi dengan tenaga kerja dari Negara-negara ASEAN lainnya, tenaga kerja harus memiliki keterampilan yang menjadikannya sumber daya manusia yang inovatif. Untuk menjadi SDM yang inovatif, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah meningkatkan mutu sistem pendidikan Indonesia.
Faktor yang menentukan kemajuan negara, pertama adalah inovasi. Kemudian networking, pengusaaan teknologi, keempat yang kontribusinya cuma 10 persen adalah sumber daya alam, ujar Bambang.
Dijelaskannya, saat ini Indonesia dihadapkan pada banyaknya angkatan kerja yang berpendidikan menengah ke bawah. Untuk itu, lanjut dia, Balai Latihan Kerja bisa menjadi solusi bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kompetensinya.
BLK yang saat ini diandalkan oleh Kemnaker untuk mendongkrak kompetensi tenaga kerja Indonesia, dinilai memiliki kurukulum yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri dan pasar kerja. “Keuntungan BLK adalah kurikulumnya fleksibel. Jadi bisa diubah-ubah sesuai kebutuhan pasar,” jelas Bambang.
Kedepannya, Bambang berharap pendidikan Indonesia dapat menjadi kunci bagi tenaga kerja Indonesia untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lainnya.
Namun, ia memberikan catatan bahwa lembaga pendidikan tidak harus semuanya berorientasi pada pasar kerja. Pasalnya, lembaga pendidikan juga perlu menelurkan pribadi-pribadi yang dapat menjaga keutuhan NKRI melalui pemikiran dan kretifitas lainnya. Sehingga pendidikan yang berbasis agama, filsafat dan kebudayaan juga dinilai sangat penting untuk menjaga karakter bangsa.
Bambang mengungkapkan, selama ini Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk besar serta kaya akan berbagai sumber daya alam.
Kita jangan lagi mendasarkan sumber daya ekonomi pada jumlah penduduk yang banyak dan sumber daya alam saja. Itu harus kita tinggalkan. Saat ini sumber daya ekonomi adalah pengetahuan, terang Bambang.
Bambang sendiri, tidak menampik bahwa SDA merupakan faktor yang tak kalah penting. Namun semua itu harus ditopang oleh adanya SDM yang kompetitif dan berintegritas.
Ia menilai bahwa pelatihan kompetensi berorientasi jangka pendek. Sehingga, peningkatan kualitas kompetensi SDM Indonesia kedepannya adalah melalui sistem pendidikan. “Kebanyakan masyarakat Indonesia adalah lulusan SMP, nah ini yang harus dikejar dengan pelatihan kerja,” kata Bambang.