:
Oleh Juliyah, Rabu, 13 Januari 2016 | 08:24 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 467
Jakarta, InfoPublik - Setiap tahun kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia cenderung meningkat sekitar Januari dan selanjutnya cenderung menurun di Februari hingga Desember. Untuk mengantisipasi dan kesiapsiagaan terhadap munculnya kejadian luar biasa (KLB) DBD di 2016, Kementerian Kesehatan telah menyiapkan anggaran sebesar Rp56,3 miliar.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemkes M Subuh menjelaskan dana tersebut digunakan untuk buffer pengendalian KLB, pembelian insektisida, larvasida, pembelian mesin fogging, promosi dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan.
Selain itu juga disediakan anggaran untuk penanggulangan DBD yang masuk dalam dana dekonsentrasi yang diberikan ke provinsi untuk melaksanakan upaya promotif dan preventif. Jika belum memadai bisa dengan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) juga dana kapitasi yang diberikan BPJS ke Puskesmas untuk melakukan upaya promosi kesehatan.
"Dari sisi dana sudah cukup namun kesadaran masyarakat untuk melakukan gerakan bersama pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan 3 M plus yang seharusnya dilaksanakan terus - menerus," katanya saat temu media terkait situasi DBD di Indonesia, di Jakarta, Selasa (12/1)
Belum Ada Laporan KLB DBD
Ia menyatakan, sampai saat ini belum ada daerah yang melaporkan adanya KLB DBD, meskipun pemberitaan di media menunjukkan adanya peningkatan kasus DBD pada januari 2016, antara lain di Provinsi Riau, Sumatera Barat, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Lampung, Jawa Barat, Lampung, Sulawesi tengah.
"Memang setiap tahun kejadian DBD cenderung meningkat, Data yang disampaikan di media tersebut merupakan data yang terjadi sejak Desember 2015, sementara di Januari 2016 belum ada laporan karena pada umumnya data untuk bulan tertentu akan masuk tanggal 15 bulan berikutnya," ungkapnya.
Menurutnya, Kriteria KLB DBD ditetapkan jika timbul kasus pada suatu daerah yang sebelumnya belum pernah terjadi, selain itu jika jumlah kasus baru DBD dalam periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali lipat dibandingkan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya atau angka kematian (CFR) DBD dalam kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50 persen atau lebih dibandingkan CFR periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Disebutkan, pada lima tahun terakhir di Indonesia setiap tahun terjadi KLB DBD berkisar antara 630 sampai 8.056 dan jumlah kematian antara 1-144 yang kejadiannya berhubungan dengan berbagai faktor risiko yaitu, lingkungan yang kondusif untuk tempat perindukan nyamuk, terbatasnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3 M Plus, perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan karena urbanisasi dan pembangunan pemukiman baru juga meningkatnya mobilitas penduduk.