- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Jumat, 15 November 2024 | 11:28 WIB
: Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, pada Debat Umum High-Level Week Sidang Majelis Umum PBB ke-79 di New York, Amerika Serikat, Sabtu (28/9/2024). Foto: kemlu.go.id
Oleh Eko Budiono, Minggu, 29 September 2024 | 19:03 WIB - Redaktur: Untung S - 353
Jakarta, InfoPublik – Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, merespons pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat Sesi Debat Umum Sidang ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Netanyahu berpidato pada Jumat (27/9/2024), dan Retno menyampaikan pesannya sehari kemudian pada Sabtu (28/9/2024).
“Kemarin, PM Netanyahu mengatakan bahwa Israel ingin damai... Israel mendamba perdamaian. Apakah benar? Bagaimana kita bisa percaya pernyataan itu?” ujar Retno dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu (29/9/2024).
Retno menyoroti serangan udara Israel terhadap Beirut yang terjadi bertepatan dengan pidato Netanyahu. “PM Netanyahu ingin perang berlanjut. Kita harus menghentikannya, sekali lagi, kita harus menghentikannya,” tegas Retno.
Menurut Retno, jalan keluar yang harus diambil oleh negara-negara dunia adalah memberikan tekanan kepada Israel untuk kembali ke jalur politis melalui Solusi Dua Negara.
Pernyataan ini mendapat sambutan riuh tepuk tangan dari para delegasi yang hadir di Sidang Umum PBB. Retno menegaskan bahwa pengakuan terhadap Palestina adalah langkah krusial yang harus diambil oleh negara-negara di dunia.
“Saya mendesak negara-negara yang belum mengakui Palestina untuk melakukannya sekarang juga. Jika kita semua melakukannya, ini akan berdampak besar,” ujar Retno. Ia menambahkan bahwa pengakuan Palestina adalah investasi untuk dunia yang lebih damai, adil, dan berperikemanusiaan.
Retno juga menyoroti peran penting Dewan Keamanan PBB dalam menghentikan kekejaman Israel terhadap Palestina. “Mandat Dewan Keamanan adalah untuk menjaga perdamaian, bukan memperpanjang masa perang atau mendukung pelaku kekejaman,” tegasnya.
Sebelumnya, pada Rabu (25/9/2024), Retno juga mempertanyakan kepemimpinan Dewan Keamanan PBB dalam menciptakan perdamaian, mengingat kondisi di Palestina yang terus memburuk.