- Oleh Eko Budiono
- Selasa, 24 Desember 2024 | 08:23 WIB
: Foto: Presiden Jokowi saat memberikan sambutan dalam Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dan Peresmian Gedung Serbaguna Minhaajurrosyidiin, di Grand Ballroom Minhaajurrosyidiin Provinsi DKI Jakarta, Selasa (7/11/2023). BPMI Setpres.
Oleh Tri Antoro, Selasa, 7 November 2023 | 16:20 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 6K
Jakarta, InfoPublik - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, terdapat tiga tantangan global yang harus dihadapi oleh Indonesia di masa depan yaitu ketidakpastian ekonomi global, perubahan iklim, dan perang.
Ketiga tantangan tersebut, berdampak pada berbagai sektor dari mulai pertumbuhan perekonomian hingga ketahanan pangan nasional.
“Sekali lagi, tantangan yang kita hadapi tidak mudah,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan dalam Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dan Peresmian Gedung Serbaguna Minhaajurrosyidiin, di Grand Ballroom Minhaajurrosyidiin Provinsi DKI Jakarta, Selasa (7/11/2023).
Presiden mengakui ketidakpastian global membuat Indonesia sulit memprediksi tantangan yang berkaitan dengan sektor perekonomian yang terjadi di masa depan.
Selanjutnya, perubahan iklim yang terjadi secara masif di berbagai panjuru dunia menyebabkan kekeringan, panas bumi naik, dan gelombang panas. Menyebabkan turunnya produksi beras yang menjadi bahan pokok di dalam negeri dan mempengaruhi ketahanan pangan.
Terakhir, perang yang berpengaruh terhadap pasokan bahan pangan gandum dan komoditas bahan baku pupuk. Perang antara Rusia dan Ukrania membuat pasokan gandum sebanyak 207 juta ton gandum menjadi sulit terdistribusi. Akibatnya, Indonesia sulit mendapatkan pasokan komoditas gandum yang menjadi salah satu bahan pokok di dalam negeri.
“Ternyata, dampaknya nyata dan ada. Kita impor itu gandum 11 juta ton per tahun. Ternyata 30 persen itu impornya dari Ukraina dan dari Rusia. Yang kedua, ternyata bahan baku pupuk kita itu berasal dari Rusia, Ukraina, dan Belarusia, problem yang kedua,” ujar Presiden.