Korban Banjir Tak Perlu Khawatir Soal Dokumen Kependudukan

:


Oleh Eko Budiono, Jumat, 3 Januari 2020 | 14:00 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 488


Jakarta,InfoPublk-Bagi para korban banjir yang kehilangan dokumen kependudukan, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatann Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) akan mengganti dokumen yang rusak, atau hilang terkena banjir.

“Penerbitan dokumen kependudukan tak lain merupakan wujud pengakuan dan perlindungan negara terhadap status kependudukan, setiap orang melalui pencatatan peristiwa penting dan peristiwa kependudukan,” kata Dirjen Dukcapil Kemendagri, Zudan Arif Fakrulloh di Jakarta, Jumat (3/1/2020).

Banjir besar yang melanda kawasan Jakarta, Banten, dan Jawa Barat di awal 2020 menjadi keprihatinan semua pihak. Zudan menuturkan telah memerintahkan Kepala Dinas/Suku Dinas Dukcapil di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten agar bergerak aktif mendata dan mengganti dokumen yang hilang rusak secara gratis.

Hal ini pun pernah dilakukan saat bencana gempa di Nusa Tenggara Barat dan tsunami Selat Sunda.

“Berkenaan dengan musibah banjir ini, banyak dokumen kependudukan yang hilang dan rusak. Sebagaimana langkah Dukcapil setiap ada bencana seperti gempa NTB, tsunami di Banten dan Lampung, serta Sulteng, dan lainnya, kita langsung bergerak aktif mendata dan mengganti dokumen yang hilang rusak tersebut secara gratis,” paparnya.

 Zudan juga meminta masyarakat untuk tidak perlu khawatir, jika yang rusak merupakan kartu tanda penduduk (KTP). Pihaknya mengaku telah menyiapkan blanko e-KTP.

“Kami dari pusat akan memberikan pendampingan seperti biasanya. Tolong segera dilakukan mulai hari ini atau setelah banjir surut,” tambahnya.

Sebelumnya, hujan ekstrem melanda sebagian besar Jawa bagian Barat-Utara, sehingga menyebabkan banjir besar yang merata di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung Barat, Lebak,Cikampek, dan Cipali.

Menurut  data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), intensitas hujan yang terjadi ketika banjir besar tidak pernah seperti awal 2020 ini. 

Akibat banjir tersebut, setidaknya 16 orang meninggal dunia, dan 31.000 orang harus mengungsi, sedangkan BMKG memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada pertengahan Januari sampai Maret.

Pada 1996, banjir disebabkan oleh curah hujan berintensitas 216 mm/hari. Pada 2002, oleh hujan berintensitas 168 mm/hari.

Banjir 2008 disebabkan hujan berintensitas 250 mm/hari. Pada 2013 oleh hujan 100 mm/hari. Pada 2015, banjir disebabkan oleh hujan besar berintensitas 277 mm/hari. Pada 2016, banjir disebabkan hujan berintensitas 100-150 mm/hari.

Sementara, hujan di awal 2020 memecahkan rekor di atas. Data dari beberapa titik pengukuran; TNI AU Halim, 377 mm/hari; Taman Mini, 335 mm/hari; Jatiasih: 259 mm/hari.

Daftar  banjir besar yang terjadi di Jakarta sejak era kolonialisme .

1. Banjir  1918

Pada 1918, Jakarta yang masih bernama Batavia dilanda banjir besar di tenggarai akibat maraknya perambahan hutan di kawasan Puncak, Bogor untuk dijadikan kebun teh. Disebutkan banyak korban jiwa dalam peristiwa itu.

Pemerintah kolonial Hindia Belanda kemudian membuat perencanaan mencegah terjadinya lagi banjir serupa dengan mengendalikan air agar tak masuk ke kota. Belanda membuat kanal agar air dari Puncak bisa mengalir ke laut.

2. Banjir  1979

Pada 19 sampai 20 Januari 1979, banjir besar juga pernah melanda sebagian besar Jakarta, mengakibatkan 714.861 orang mengungsi dan 20 orang dilaporkan hilang.

 

3. Banjir  1996

Pada 9 sampai 11 Februari 1996, DKI Jakarta kembali mengalami banjir besar. Ketinggian air di kawasan tertentu mencapai 7 meter. Sedikitnya 20 orang tewas dan 30.000 lainnya mengungsi.

4. Banjir  2007

Pada 1 sampai 2 Februari 2007, DKI Jakarta kembali terendam air. Ini termasuk bencana terburuk di mana 80 orang tewas, 320.000 terpaksa mengungsi. Kerugian akibat banjir tahun ini mencapai 4,3 triliun.

5. Banjir  2010

Banjir besar menghantam Jakarta dan sekitarnya pada 10 Februari 2010. Sebanyak 863 orang harus mengungsi. Banjir ini ditenggarai akibat buruknya sistem pengendalian air sehingga meluap ke permukiman.

6.Banjir 2013

Pada medio Januari 2013, Jakarta dilanda banjir terbesar akibat tingginya intensitas hujan sejak akhir Desember 2012, ditambahkan dengan buruknya sistem drainase dan jebolnya beberapa tanggul. Sedikitnya 20 orang dilaporkan meninggal dunia, 33.500 orang mengungsi. Kerugian ditaksir mencapai 20 triliun.

7.Banjir  2014

Januari 2014, sejumlah kecamatan di DKI Jakarta diterjang banjir menyusul tingginya curah hujan. Genangan di beberapa titik mencapai 4 meter. 23 orang meninggal dunia dan 62.819 jiwa mengungsi di 253 titik. 134.662 orang terdampak banjir.

 

8. Banjir  2015

Banjir besar kembali melanda DKI Jakarta sejak 9 Februari 2015. Ada 38 kecamatan terendam. Beberapa kawasan terparah adalah Kelapa Gading, Mangga Dua, dan Grogol. Sebanyak 231.566 orang terdampak banjr dan 41.202 jiwa lainnya mengungsi.

9. Banjir  2016

Banjir terjadi pada Januari dan Februari 2016, Jakarta juga pernah banjir. Sedikitnya 74 kecamatan tergenang. Warga yang mengungsi sekitar 1.137 jiwa.