- Oleh Dian Thenniarti
- Rabu, 25 Desember 2024 | 17:28 WIB
: Kegiatan Expose Kajian Hilirisasi Investasi Strategis Tahun 2024 di Jakarta pada Senin (23/12/2024)/Foto : Humas Kementerian Investasi dan Hilirisasi
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Selasa, 24 Desember 2024 | 21:48 WIB - Redaktur: Untung S - 248
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menggelar acara Expose Kajian Hilirisasi Investasi Strategis Tahun 2024 di Jakarta pada Senin (23/12/2024).
Dengan tema "Hilirisasi Investasi Strategis: Ciptakan Nilai Tambah, Indonesia Maju", acara itu dihadiri oleh 150 peserta yang terdiri dari perwakilan kementerian/lembaga, asosiasi, pelaku usaha, akademisi, serta kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
Sekretaris Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Sekretaris Utama BKPM, Heldy Satrya Putera, dalam keterangan tertulisnya Selasa (24/12/2024) menjelaskan bahwa kajian ini merupakan tindak lanjut dari Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis yang telah disusun pada 2022 dan 2023. Pada 2024, terdapat tiga fokus kajian utama, yakni Kajian Akselerasi, Kajian Optimalisasi, dan Kajian Dampak Hilirisasi Investasi Strategis.
Kajian Akselerasi mencakup perkembangan hilirisasi 28 komoditas, dengan nikel menjadi salah satu komoditas utama. Nikel kini telah dikembangkan dalam konsep ekosistem, mulai dari tambang hingga produk akhir, dengan sasaran utama produk stainless steel dan baterai kendaraan listrik. Heldy menekankan pentingnya hilirisasi nikel yang kini sudah berada pada tahap yang signifikan. “Kami sudah membuat hilirisasi nikel dengan konsep ekosistem, mulai dari tambangnya sampai kepada produk akhirnya,” ujar Heldy yang juga merupakan Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Hilirisasi Investasi Strategis.
Kajian Optimalisasi menyoroti tujuh komoditas utama lainnya, seperti bauksit, aspal Buton, minyak bumi, gas bumi, biofuel, ikan tuna-cakalang-tongkol, serta rumput laut. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan yang ada untuk meningkatkan optimalisasi hilirisasi komoditas tersebut.
Sementara itu, Kajian Dampak Hilirisasi mengkaji efek ekonomi, sosial, dan lingkungan dari dua komoditas utama, yakni nikel dan kelapa sawit. Hilirisasi nikel memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 0,45 persen, sementara kelapa sawit menyumbang 0,23 persen. Jika digabungkan, kontribusi hilirisasi kedua komoditas ini mencapai 0,6–0,7 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di kisaran 5 persen.
Berdasarkan Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis, kebutuhan investasi di sektor ini hingga 2040 diproyeksikan mencapai USD618,1 miliar, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor mineral dan batubara, yang diperkirakan mencapai USD498,4 miliar. Hilirisasi ini juga diproyeksikan untuk meningkatkan ekspor hingga USD857,9 miliar, PDB sebesar USD235,9 miliar, dan menciptakan sekitar tiga juta lapangan kerja.
Data Kementerian Investasi/BKPM menunjukkan bahwa kontribusi hilirisasi terhadap realisasi investasi pada periode Januari-September 2024 mencapai Rp272,91 triliun atau setara 21,6 persen dari total investasi nasional. Ekonom Senior INDEF, Didik J. Rachbini, menilai bahwa kajian ini memberikan arah kebijakan yang jelas bagi hilirisasi investasi strategis. Ia menyoroti lima jurus utama untuk mendorong hilirisasi, yaitu berbasis pasar (market-driven), peningkatan produktivitas, penciptaan lapangan kerja, inklusivitas, dan keberlanjutan.
Acara Expose Kajian Hilirisasi Investasi Strategis ini menjadi langkah penting dalam menguatkan strategi hilirisasi untuk mendorong nilai tambah ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Dengan pemahaman yang mendalam tentang dampak hilirisasi, pemerintah berharap dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan daya saing industri Indonesia, serta menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak di masa depan.