- Oleh Putri
- Jumat, 22 November 2024 | 10:15 WIB
: Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi bersama Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono/Foto: Kementerian Koperasi
Jakarta, InfoPublik – Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi memaparkan sejumlah langkah antisipasi untuk mengatasi kisruh Koperasi Susu di Boyolali dan Pasuruan. Langkah-langkah itu bertujuan memastikan produksi susu peternak dan koperasi dapat diserap optimal oleh Industri Pengolahan Susu (IPS).
“Kemenkop akan berkoordinasi dengan koperasi susu dan IPS untuk menjamin penyerapan produksi,” kata Budi Arie dalam keterangan resmi pada Selasa (12/11/2024). Ia juga mengungkapkan rencana pertemuan dengan usaha dagang koperasi di Boyolali yang akan digelar Kamis, 15 November 2024.
Selain bekerja sama dengan IPS, Kementerian Koperasi juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk mengevaluasi regulasi impor susu. Pemerintah berencana mengimplementasikan program Makan Bergizi Gratis dengan mengandalkan pasokan susu dalam negeri.
Budi Arie menegaskan pentingnya kolaborasi dengan pemerintah daerah di sentra produksi susu untuk memonitor dan mengevaluasi pola pendampingan koperasi dalam produksi dan perdagangan susu segar. “Kami juga memerintahkan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM untuk menyediakan pembiayaan bagi koperasi susu yang membutuhkan perkuatan modal,” tambahnya.
Upaya peningkatan volume dan kualitas produksi akan didukung oleh LPDB, yang juga diminta mempersiapkan Koperasi Produksi Susu Segar sebagai bagian dari rantai pasok program Makan Bergizi Gratis. Kementerian Koperasi juga akan membenahi koperasi susu dari sisi standar mutu, menjalin kemitraan antara koperasi peternak dan pabrik, serta meningkatkan teknologi pengolahan dan penyimpanan.
“Kami ingin memastikan produksi berlebih dapat ditangani sesuai standar mutu yang tinggi,” jelas Budi Arie. Ia juga mendorong koperasi untuk mengolah susu menjadi produk turunan, seperti minuman pasteurisasi, yoghurt, dan keju, sebagai alternatif.
Budi Arie menyebutkan perlunya kerja sama dengan Badan Riset Nasional (BRIN) untuk mengembangkan bibit sapi perah berkualitas tinggi, sehingga satu sapi perah dapat menghasilkan hingga 32 liter susu per hari. Saat ini, produksi susu sapi di Indonesia hanya berkisar 8-12 liter per hari.
Ia juga merekomendasikan koperasi susu untuk mendirikan industri pengolahan produk susu, seperti skimmed milk powder (SMP), whole milk powder (WMP), dan whey, dengan harga yang bersaing dengan produk impor. “Kita harus menggelar kampanye nasional untuk meningkatkan konsumsi produk susu,” tambahnya.
Wakil Menteri Koperasi, Ferry Juliantono, menekankan pentingnya pembangunan pabrik pengolahan susu oleh koperasi. “LPDB KUMKM akan berperan dalam membantu pembiayaan dan mendukung pendirian pabrik pengolahan susu,” kata Ferry. Pemerintah juga akan mengkaji tarif bea masuk impor susu untuk melindungi industri susu nasional. Ferry menyebutkan bahwa tarif nol persen bisa dipertimbangkan asalkan ada insentif bagi koperasi dan peternak lokal.
“Kami akan mengadakan pertemuan dengan IPS dan Kementerian Pertanian untuk memastikan IPS dapat menyerap produksi susu dari peternak dan koperasi,” tutup Ferry.