Perkuat Industri Batik Ramah Lingkungan, Pemkab Cirebon Gandeng Swasta
: Kampung Keberagaman Merbabu Asih menunjukkan kain batik dengan motif bertema lingkungan menggunakan pewarna alami di Kelurahan Larangan, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (28/2/2024). Batik buatan warga Kampung Keberagaman Merbabu Asih binaan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) itu menjadi upaya untuk meningkatkan ekonomi warga dan tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan memanfaatkan bahan alami sebagai pewarna batik. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/aww.
Oleh Eko Budiono, Senin, 11 November 2024 | 14:57 WIB - Redaktur: Untung S - 855
Jakarta, InfoPublik - Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menggandeng perusahaan swasta untuk memperkuat sektor industri batik yang ramah lingkungan di daerahnya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cirebon Hilmy Riva’i, melalui keterangan resmi, seperti dilansir ANTARA, Senin (11/11/2024).
Hilmy mengatakan, saat ini dana bantuan CSR senilai Rp1 miliar itu sudah disalurkan untuk 1.450 perajin batik di delapan desa di Cirebon.
“Dana CSR ini difokuskan pada penyediaan alat produksi ramah lingkungan dan fasilitas pengolahan limbah,” ujarnya.
Hilmy menuturkan, sebagian besar pelaku industri batik di wilayah Cirebon, masih memerlukan edukasi secara intensif tentang pengelolaan limbah yang benar.
Oleh karena itu, Pemkab Cirebon berkolaborasi dengan perusahaan swasta berupaya agar dampak negatif produksi batik terhadap lingkungan bisa dikurangi.
“Kami berkolaborasi dan mengucapkan terima kasih atas dukungan dari dunia usaha yang turut serta, dalam membangun industri batik yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” katanya.
Ia juga mengapresiasi upaya dari sektor swasta yang turut mempromosikan motif batik Mega Mendung asal Cirebon, supaya dikenal lebih luas khususnya di kalangan anak muda.
“Kolaborasi ini bisa memberikan nilai tambah bagi perajin batik dan membawa budaya lokal Cirebon dikenal luas,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha dan Pengrajin Batik Indonesia (APPBI) Komarudin Kudiya mengatakan, daerah Cirebon, sejak dulu dikenal sebagai daerah produsen batik dengan motif batik Mega Mendung yang khas.
Namun, APPBI mencatat saat ini jumlah pengusaha maupun perajin batik di Cirebon mengalami penurunan hingga 30-35 persen, sehingga diperlukan upaya bersama agar regenerasi di bidang ini bisa berjalan.
“Pemerintah, sektor swasta dan APPBI terus berupaya agar regenerasi perajin batik di Cirebon bisa diisi oleh anak muda,” tuturnya.
Dia menilai penyaluran dana CSR ini, dapat membantu membangkitkan kembali semangat perajin batik di Cirebon dan memperkuat daya saing industri ini di pasar yang lebih luas.
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber infopublik.id