- Oleh Dian Thenniarti
- Kamis, 26 Desember 2024 | 22:37 WIB
: Pekerja memotong daun tanaman anggur hijau varietas shine muscat yang dibudidayakan di kebun Gamma Grape Experience, Pakis, Malang, Jawa Timur, Selasa (14/5/2024). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/rwa.
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Senin, 4 November 2024 | 20:43 WIB - Redaktur: Untung S - 383
Jakarta, InfoPublik — Kepala Badan Karantina Nasional (Barantin), Sahad M. Pangabean, menegaskan bahwa anggur Shine Muscat yang diimpor dari Cina dan Thailand aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers yang diselenggarakan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menanggapi kekhawatiran terkait residu pestisida pada anggur impor tersebut di Jakarta, Senin (4/11/2024).
Sahad menjelaskan bahwa Badan Karantina Nasional telah menerapkan prosedur pengawasan yang ketat terhadap pangan segar asal tumbuhan (PSAT) yang masuk ke Indonesia, termasuk anggur.
“Pengawasan kami mencakup pemeriksaan dari negara asal, di perbatasan, hingga di titik pemasukan di Indonesia seperti pelabuhan dan bandara. PSAT yang masuk ke Indonesia, termasuk anggur Shine Muscat, harus melalui pemeriksaan ketat untuk berbagai cemaran, seperti mikotoksin, mikroba, logam berat, dan residu pestisida,” ungkapnya, sebagaimana dikutip InfoPublik.
Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, Barantin bertugas untuk mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), hama penyakit hewan (HPHK), dan hama penyakit ikan (HPIK) yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan.
Sahad menjelaskan bahwa setiap impor PSAT harus disertai dokumen prior notice dan sertifikat analisis dari laboratorium yang telah terakreditasi oleh Barantin. Saat ini, terdapat 20 laboratorium di China yang diakui untuk melakukan uji keamanan pangan anggur sebelum dikirim ke Indonesia.
Dokumen tersebut harus lengkap dan sesuai dengan standar keamanan yang ditetapkan oleh Barantin. Sampel anggur Shine Muscat yang tiba di Indonesia juga diambil dan diuji untuk memastikan keamanan pangan. Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil yang dilakukan oleh otoritas di Malaysia dan Singapura.
“Pada 2024, kami telah menguji 773 sampel anggur untuk parameter pestisida, dan hasilnya menunjukkan bahwa residu yang terdeteksi berada di bawah ambang batas yang diizinkan atau bahkan tidak terdeteksi,” tambah Sahad.
Badan Karantina Nasional juga telah menetapkan standar keamanan pangan dengan mengacu pada regulasi internasional, seperti Codex dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Saat ini, lebih dari 80 jenis pestisida memiliki batas maksimum yang telah ditentukan untuk memastikan keamanan buah-buahan impor bagi masyarakat. Jika hasil pengujian menunjukkan cemaran di atas ambang batas, produk tersebut akan ditolak atau dimusnahkan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan uji laboratorium terhadap 350 sampel anggur. Berdasarkan hasil uji tersebut, 90 persen sampel anggur impor jenis Shine Muscat negatif residu pestisida, sementara 10 persen terdeteksi positif, namun kadar yang terdeteksi masih di bawah ambang batas maksimum residu (BMR).
“Kami juga telah melakukan uji laboratorium terhadap 240 senyawa residu pestisida pada anggur ini. Hasilnya menunjukkan 219 senyawa negatif dan 21 senyawa terdeteksi mengandung residu, tetapi kadar yang terdeteksi masih sangat jauh di bawah BMR,” ujar Arief.
Arief menegaskan bahwa tidak ditemukan senyawa berbahaya seperti yang diberitakan di Thailand, yaitu klorpirifos dan endrin aldehyde. Ia mengingatkan masyarakat bahwa pihaknya akan mengambil tindakan tegas apabila produk yang tidak aman ditemukan beredar di pasaran.
Turut hadir dalam konferensi pers tersebut, Kepala BPOM, Taruna Ikrar, bersama beberapa pejabat dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Barantin, serta BPOM, juga perwakilan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian di seluruh Kabupaten/Kota yang bergabung secara daring.