- Oleh Untung Sutomo
- Kamis, 5 Desember 2024 | 08:05 WIB
: Sejumlah pengunjung melihat air di pond atau kolam pengendapan di fasilitas pengelolaan air limpasan tambang milik PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (3/8/2024). PT Vale Indonesia menggunakan teknologi Lamella Gravity Settler (LGS), yaitu mengalirkan air limpasan dari area tambang ke122 pond berkapasitas 4.000 meter kubik sebelum dialirkan kembali ke empat danau di sekitarnya dan dengan penerapan teknologi itu, air danau di kawasan tersebut tetap bersih sejak 56 tahun perusahaan tersebut beroperasi. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc.
Oleh Eko Budiono, Minggu, 3 November 2024 | 13:47 WIB - Redaktur: Untung S - 230
Jakarta, InfoPublik – Indonesia kini tercatat memiliki cadangan sumber daya alam strategis dunia, khususnya pada komoditas timah, nikel, dan bauksit. Berdasarkan laporan dari United States Geological Survey (USGS) dan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia menempati posisi kedua dunia dalam cadangan nikel dan keempat dalam cadangan bauksit.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, menyampaikan bahwa besarnya cadangan nikel dan bauksit ini menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di pasar global. “Dengan cadangan sumber daya alam yang signifikan, Indonesia memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan bahan baku, pasokan, dan permintaan nikel serta bauksit dunia,” ujar Wafid dalam webinar bertema Prospeksi dan Bisnis Industri Mineral Masa Depan yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Surabaya secara daring, Sabtu (2/11/2024).
Menurut data terbaru Kementerian ESDM, pada 2023, sumber daya nikel Indonesia berupa bijih mencapai 18,5 miliar ton dengan total cadangan sebanyak 5,3 miliar ton. Sementara itu, untuk bauksit, sumber daya berupa bijih tercatat sebesar 7,4 miliar ton, dengan cadangan sebanyak 2,7 miliar ton.
Untuk memaksimalkan manfaat ekonomi dari sumber daya tersebut, Indonesia menerapkan kebijakan larangan ekspor bahan mentah secara bertahap. Langkah ini bertujuan mendorong hilirisasi industri dalam negeri, meningkatkan nilai tambah produk, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
“Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), saat ini terdapat 147 smelter di Indonesia. Untuk metode pirometalurgi, terdapat 49 smelter beroperasi, 35 dalam tahap konstruksi, dan 36 dalam tahap perencanaan. Sementara itu, untuk metode hidrometalurgi, terdapat 5 pabrik operasi, 3 pabrik konstruksi, dan 19 pabrik dalam tahap perencanaan,” jelas Wafid.
Program hilirisasi menjadi prioritas utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengolahan sumber daya alam di dalam negeri. Kebijakan ini diharapkan dapat menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi ekonomi nasional.
Meskipun eksploitasi komoditas nikel dan bauksit terus dilakukan, Wafid menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Badan Geologi Kementerian ESDM aktif melakukan identifikasi dan inventarisasi kawasan baru (greenfield) serta wilayah-wilayah potensial yang dapat dieksplorasi lebih lanjut untuk meningkatkan cadangan dan sumber daya nikel serta bauksit di Indonesia.
Langkah-langkah ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk menjaga keberlanjutan sekaligus memaksimalkan potensi ekonomi dari sumber daya alam yang dimiliki, menjadikan negara ini sebagai salah satu pemasok utama di pasar mineral global.