- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Jumat, 22 November 2024 | 20:30 WIB
: Tampak Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie. Provinsi Aceh/Foto : Biro Komunikasi Publik PU
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Rabu, 30 Oktober 2024 | 15:07 WIB - Redaktur: Untung S - 215
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menunjukkan komitmennya dalam mendukung visi Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada pangan. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah mempercepat penyelesaian konstruksi dua bendungan strategis di Aceh, yaitu Bendungan Rukoh dan Bendungan Keureuto.
Kedua bendungan itu dirancang untuk meningkatkan kapasitas irigasi pertanian, pengendalian banjir, serta penyediaan air baku dan energi listrik bagi masyarakat Aceh.
“Pembangunan bendungan ini merupakan langkah nyata Kementerian PU dalam mendukung Asta Cita Presiden Prabowo dan Wakil Presiden (Wapres) Gibran. Ini mencakup penguatan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan. Kehadiran bendungan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani, sekaligus mendukung ketahanan pangan yang menjadi prioritas nasional,” kata Menteri PU Dody Hanggodo dalam keterangan pers yang diterima InfoPublik pada Rabu (30/10/2024).
Bendungan Rukoh yang terletak di Kabupaten Pidie memiliki kapasitas tampungan sebesar 128 juta meter kubik (m³) dengan luas genangan mencapai 716,7 hektare (ha). Bendungan itu akan melayani area irigasi seluas 11.950 ha dengan pola tanam padi-padi-palawija, serta intensitas tanam yang mencapai 300 persen, meningkat dari 140 persen pada kondisi eksisting. Selain itu, Bendungan Rukoh juga berfungsi untuk pengendalian banjir di wilayah Krueng Rukoh dengan potensi pengurangan banjir hingga 89,62 persen, serta menyuplai air baku sebesar 0,90 m³/detik.
Proyek pembangunan Bendungan Rukoh dimulai sejak akhir 2018 dengan anggaran dari APBN sebesar Rp1,5 triliun. Pembangunan dilakukan secara bertahap dalam dua paket kontrak. Paket 1, yang dikerjakan oleh PT Nindya Karya (Persero), sudah mencapai progres fisik 96,16 persen dengan nilai kontrak Rp377 miliar. Sementara Paket 2, yang dikerjakan oleh konsorsium PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero), dan PT Andesmont Sakti, memiliki progres fisik 92,42 persen dengan total anggaran Rp1,7 triliun.
Sementara itu, Bendungan Keureuto yang terletak di Kabupaten Aceh Utara memiliki kapasitas tampungan 215,94 juta m³ dan luas genangan 896,6 ha. Bendungan ini diharapkan dapat melayani kebutuhan irigasi pada lahan seluas 9.455 ha, menyediakan air baku sebesar 0,5 m³/detik, serta menghasilkan energi listrik sebesar 6,34 megawatt (MW). Kehadiran Bendungan Keureuto juga diharapkan dapat mereduksi potensi banjir di wilayah Lhoksukon hingga 30 persen.
Bendungan Keureuto dibangun sejak 2015 dengan anggaran APBN sebesar Rp2,7 triliun. Pekerjaan ini terbagi menjadi empat paket, dengan kontraktor yang berbeda: PT Brantas Abipraya (Persero) dan PT Pelita Nusa Perkasa (KSO) untuk Paket 1; PT Wijaya Karya (Persero) Tbk untuk Paket 2; PT Hutama Karya dan Perapen untuk Paket 3; dan penyelesaian pembangunan oleh konsorsium PT Brantas Abipraya (Persero), PT Indrapurindo Marga Bakti Utama, dan PT Pelita Nusa Perkasa (KSO). Progres fisik pembangunan Bendungan Keureuto saat ini mencapai 96,69 persen.
Sebelumnya, pada 2016, Kementerian PU telah berhasil menyelesaikan pembangunan Bendungan Rajui di Kabupaten Pidie, yang memiliki kapasitas 2,67 juta m³ dan berfungsi untuk mengairi lahan persawahan seluas 1.000 ha.