- Oleh Eko Budiono
- Selasa, 26 November 2024 | 08:50 WIB
: Ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai. Foto: Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
Oleh Eko Budiono, Jumat, 4 Oktober 2024 | 08:35 WIB - Redaktur: Untung S - 346
Jakarta, InfoPublik – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menetapkan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP) untuk bulan September 2024 sebesar 72,54 dolar AS per barel. Angka ini mengalami penurunan sebesar 5,96 dolar AS dari harga ICP Agustus 2024 yang tercatat 78,51 dolar AS per barel.
Keputusan ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 353.K/MG.03/DJM/2024 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan September 2024.
Informasi ini disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi, melalui keterangan resminya pada Kamis (3/10/2024).
Agus menyebutkan bahwa penurunan ICP ini dipengaruhi oleh tren penurunan harga minyak mentah global, yang salah satunya dipicu oleh penurunan permintaan dari Tiongkok.
"Sentimen negatif pasar terhadap ekonomi Tiongkok berpengaruh pada penurunan permintaan minyak mentah. Salah satu indikatornya adalah Caixin Purchasing Manager Index (PMI) Jasa Tiongkok pada September 2024 yang turun lebih tajam dari estimasi pasar, menjadi 51,6," ungkap Agus.
Selain itu, kapasitas pengolahan minyak di Tiongkok juga mengalami penurunan. Kapasitas dari 35 kilang di Tiongkok turun sebesar 0,9 persen secara bulanan (mtm) pada September 2024, menjadi 80,8 persen dari total kapasitas 8,4 juta barel per hari.
Agus juga menambahkan bahwa harga rata-rata minyak mentah utama dunia mengalami penurunan pada bulan September 2024 dibandingkan dengan Agustus 2024.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap penurunan harga minyak termasuk stabilnya ekspor dan produksi minyak dari Libya setelah persetujuan penunjukan pimpinan Bank Sentral Libya, serta peningkatan ekspor minyak Irak yang mencapai titik tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
"Ekspor minyak Irak mencapai titik tertinggi dalam delapan bulan terakhir, meskipun negara tersebut tetap berkomitmen mematuhi kuota penurunan produksi OPEC+," tambah Agus.
Agus juga menyampaikan bahwa proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024 mengalami penurunan. OPEC menurunkan estimasi permintaan global sebesar 80 ribu barel per hari (bph), menjadi dua juta bph dalam laporan publikasi September 2024, dibandingkan dengan estimasi bulan sebelumnya.
Di sisi lain, International Energy Agency (IEA) melaporkan bahwa pasokan minyak dunia pada Agustus 2024 naik sebesar 80 ribu bph mtm, menjadi 103,5 juta bph. OPEC juga merevisi estimasi pasokan non-OPEC+ naik sebesar 70 ribu bph menjadi 53,07 juta bph untuk 2024.
Di kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak turut dipengaruhi oleh penurunan tingkat pengolahan kilang di Taiwan. Kapasitas kilang di Taiwan turun dari 760 ribu bph (69,7 persen kapasitas) pada akhir Agustus 2024 menjadi 580 ribu bph (53,2 persen kapasitas) pada akhir September 2024.