PLTP 230 MW Gunakan Teknologi Co-Generation, Kementerian ESDM Optimalkan Potensi Panas Bumi

: Petugas pemeliharaan PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang sedang memeriksa instalasi pada Pebangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Kamojang yang berkapasitas 140 MW, terletak di desa Laksana, Kec. Ibun Kabupaten Bandung, Jawa Barat. PLTP Kamojang merupakan salah satu pembangkit listrik panas bumi yang dioperasikan oleh PT Indonesia Power sebagai anak perusahaan PLN. Selain PLTP Kamojang, di wilayah Jawa Barat PLN juga mengoperasikan PLTP Darajat berkapasitas 55 MW dan PLTP Gunung Salak (3 x 60 MW). Didaerah itu, tersimpan potensi panas bumi yang sangat memadai. FOTO ANTARA/Agus Tri/pd/11


Oleh Eko Budiono, Selasa, 10 September 2024 | 17:48 WIB - Redaktur: Untung S - 231


Jakarta, InfoPublik – Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengintegrasikan teknologi co-generation dalam proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan total kapasitas mencapai 230 megawatt (MW). Teknologi ini memungkinkan pemanfaatan panas buangan dari pembangkit listrik untuk diubah menjadi energi listrik tambahan, yang biasanya terbuang percuma.

Menurut informasi dari laman Kementerian ESDM, Selasa (10/9/2024), proyek ini akan dilaksanakan melalui skema kerja sama kemitraan antara PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT PLN Indonesia Power (PLN IP), yang akan membentuk joint venture untuk merealisasikan proyek tersebut.

Beberapa wilayah kerja panas bumi (WKP) yang telah diidentifikasi sebagai lokasi proyek meliputi Lahendong, Ulubelu, Lumut Balai, Hululais, Kamojang, Sibayak, dan Sungai Penuh.

"Potensi panas bumi yang mencapai sekitar 24 gigawatt (GW) akan dimaksimalkan hingga tahun 2060. Salah satu terobosan yang kami lakukan adalah teknologi co-generation yang memanfaatkan steam yang tidak terpakai dalam model binary cycle," ujar Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, di Jakarta, Senin (9/9/2024).

Binary cycle adalah salah satu teknologi yang sering digunakan dalam PLTP. Teknologi itu memanfaatkan fluida kerja dengan titik didih yang lebih rendah dibandingkan air, seperti isobutane atau pentane. Fluida kerja tersebut dipanaskan oleh uap panas bumi, kemudian menguap dan menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik.

Selain itu, panas yang tersisa dari fluida sekunder juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan lain, seperti pemanasan ruangan atau proses industri. Dengan demikian, teknologi co-generation pada PLTP binary cycle mampu memanfaatkan energi panas bumi secara lebih efisien, menghasilkan listrik sekaligus panas secara simultan.

PGE dan PLN telah melakukan berbagai persiapan untuk mewujudkan proyek ini, termasuk penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Joint Development Agreement (JDA). Selain itu, proyek itu juga akan dimasukkan ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033.

"Kami optimis proyek ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan bauran energi dan penting untuk masuk dalam daftar proyek RUPTL 2024-2033," kata Eniya.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Jumat, 4 Oktober 2024 | 07:05 WIB
Pertamina Perkuat Komitmen Menuju Net Zero Emission 2060 dengan Program NRE Academy
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 3 Oktober 2024 | 17:24 WIB
Menteri PUPR Apresiasi Pembentukan ISEREC untuk Dukung Energi Terbarukan
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 3 Oktober 2024 | 13:01 WIB
Nicke Widyawati, Dirut Pertamina yang Duduki Posisi 47 Most Powerful Women 2024
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Kamis, 3 Oktober 2024 | 16:19 WIB
Tidore Kembangkan Budidaya Kaliandra Merah untuk Biomassa Ramah Lingkungan
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Rabu, 2 Oktober 2024 | 12:54 WIB
Erupsi Gunung Ibu Terjadi 6 Kali, Kolom Abu Capai 700 Meter