- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Kamis, 21 November 2024 | 16:30 WIB
: Sejumlah pelintas batas menunggu gerbang Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong dibuka di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Senin (14/8/2023). Berdasarkan data dari Kantor Imigrasi Kelas II TPI Entikong, rata-rata jumlah pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia melalui perbatasan di hari Senin-Kamis sebanyak 532 orang dan 689 orang yang keluar ke Malaysia sedangkan jumlah pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia melalui perbatasan di hari Jumat-Sabtu sebanyak 646 orang dan 700 orang yang keluar ke Malaysia. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp.
Oleh Eko Budiono, Rabu, 28 Agustus 2024 | 13:19 WIB - Redaktur: Untung S - 274
Jakarta, InfoPublik – Pemerataan pembangunan harus dirasakan oleh seluruh masyarakat, termasuk di wilayah perbatasan. Oleh karena itu, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) didorong untuk mengoptimalkan pembangunan di kawasan tersebut.
"Jika daerah-daerah perbatasan itu makmur masyarakatnya, ini akan menjadi buffer zone (wilayah penyangga) untuk strategi pertahanan kita," kata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) sekaligus Kepala BNPP, Tito Karnavian, melalui keterangan resmi usai Pencanangan Gerakan Pembangunan Terpadu Perbatasan (Gerbangdutas) Jangka Menengah Tahun 2025-2029 di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (27/8/2024).
Tito menyebutkan bahwa untuk merealisasikan pembangunan di perbatasan tidaklah mudah, sehingga memerlukan koordinasi lintas sektoral yang baik.
"Dengan optimalisasi tersebut, diharapkan hasil pembangunan di perbatasan juga dapat berdampak pada tercapainya Indonesia Emas 2045," ujarnya.
Menurutnya, sejumlah lembaga internasional memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia pada 2040.
"Situasi tersebut juga akan membuat masyarakat kelas menengah lebih dominan, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat di Indonesia," jelas Tito.
Ia menambahkan, prediksi tersebut bukanlah sebuah mimpi atau ilusi, melainkan sesuatu yang bisa diwujudkan. "Saya termasuk yang optimistis bahwa Indonesia Emas 2045 akan terwujud," tegasnya.
Tito menegaskan keyakinannya berdasarkan sejumlah alasan ilmiah.
Menurut berbagai literatur, pertarungan global di masa depan tidak lagi berfokus pada kekuatan militer tradisional, melainkan pada ekonomi.
"Dalam konteks ini, Indonesia memiliki modal ekonomi yang kuat, di antaranya adalah banyaknya angkatan kerja yang bisa mendorong peningkatan produksi, sumber daya alam yang melimpah, dan luasnya wilayah yang bisa menampung mesin produksi," terang Tito.
"Kita memiliki ketiga syarat tersebut. Tidak banyak negara yang memiliki ketiga modal ini," pungkasnya.