- Oleh Wahyu Sudoyo
- Kamis, 31 Oktober 2024 | 18:13 WIB
: Foto: Humas KKP
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) optimistis pengelolaan garam di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur bisa ditingkatkan dengan skala yang lebih besar sehingga bisa memenuhi kebutuhan garam nasional.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Victor Gustaaf Manoppo menerangkan bahwa Kabupaten Sabu Raijua memiliki potensi garam sebesar 2.015 ha yang tersebar di 6 (enam) kecamatan dengan menggunakan teknologi geomembran. Iklim semi-arid yang memiliki musim kemarau sangat panjang sangat mendukung produksi garam di Sabu Raijua.
“Sekalipun pembuatannya masih tradisonal, kualitas garam di Sabu Raijua memiliki kualitas nomor 1 (super/premium) dengan kadar NaCl 98,23 persen setara dengan garam impor," ungkap Victor dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Senin (19/8/2024).
Pengelolaan garam ini menurut Victor perlu ditingkatkan antara lain dengan cara melakukan pemetaan lahan garam potensial, perbaikan sistem pemasaran, kelembagaan dan sistem produksi yang efektif dan efisien. Dengan demikian produksi garam ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan di Sabu Raijua.
Sejalan dengan itu, Direktur Jasa Kelautan menyebutkan potensi produksi garam di Kabupaten Sabu Raijua bisa mencapai 300.000 ton per tahun. Jika dikelola dengan baik maka produksi garam dapat tersebut dapat menyokong ekonomi sektor kelautan di Kabupaten Sabu Raijua.
“Garam di Sabu Raijua dihasilkan dengan teknologi full geomembran untuk menghasilkan garam dengan kadar yang terbaik di Indonesia sehingga mampu digunakan untuk semua industri baik dalam negeri maupun luar negeri," terang Huda.
Selain iklim di wilayah setempat yang sangat mendukung untuk produksi garam, masyarakat telah terlatih dan masih memungkinkan untuk perluasan usaha tambak garam.
Selain meninjau kegiatan produksi garam berbasis tambak rakyat di Sabu Raijua pada 16/8/2024 lalu Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono berdialog dengan masyarakat petambak garam sekaligus memberikan apresiasi kepada petambak garam di Sabu Raijua yang masih tetap bertahan paska bencana Badai Seroja yang menimpa hampir di seluruh wilayah provinsi NTT pada tahun 2021 lalu.