- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Jumat, 1 November 2024 | 11:37 WIB
: Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat mengunjungi proses penggilingan beras di Sentra Penggilingan Padi (SPP) BULOG Karawang, Provinsi Jawa Barat pada Rabu (7/8/2024)/Foto : Humas Bapanas
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Kamis, 8 Agustus 2024 | 19:38 WIB - Redaktur: Untung S - 363
Jakarta, InfoPublik – Dengan tren peningkatan produksi beras dalam negeri sejak Juni 2024, Perum BULOG perlu memastikan penyerapan hasil petani berjalan optimal. Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah memberi penugasan kepada BULOG terkait tambahan target penyerapan beras produksi dalam negeri hingga akhir 2024 sebesar 600 ribu ton.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, saat mengunjungi proses penggilingan beras di Sentra Penggilingan Padi (SPP) BULOG Karawang, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu (7/8/2024).
“Tugas dan fungsi BULOG adalah menyerap gabah dari petani, memproduksi menjadi beras, dan menyimpannya. Fungsi serap dan produksi ini harus terus dikerjakan BULOG. Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dari Bapanas ke BULOG berfungsi sebagai jaring pengaman bagi petani. Harga gabah tidak boleh jatuh di bawah HPP agar petani tidak merugi, pedagang bisa untung, dan masyarakat senang saat berbelanja,” tutur Arief dalam keterangan pers yang diterima InfoPublik pada Kamis (8/8/2024).
Sebagaimana dalam Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), diproyeksikan produksi beras sejak Juni sampai September 2024 terus bertumbuh dengan estimasi 2,06 juta ton di bulan Juni dan meningkat menjadi 2,18 juta ton pada bulan Juli.
Peningkatan signifikan terjadi pada estimasi produksi beras di Agustus dan September, masing-masing mencapai angka 2,66 juta ton dan 2,96 juta ton. Angka ini sudah di atas kebutuhan konsumsi beras bulanan sebesar 2,55 juta ton.
Pemerintah melalui Bapanas pada awal Juni resmi menetapkan pemberlakuan HPP gabah dan beras melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 4 Tahun 2024 dengan tujuan menjaga harga di tingkat petani. Data dari BPS mencatat pada Juli 2024, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) kadar air 19,95 persen di tingkat petani berada di Rp 6.497 per kilogram (kg). Ini jauh lebih baik dibandingkan rata-rata harga GKP pada April 2024 yang sempat menyentuh Rp5.686 per kg.
Secara nasional, total penyerapan produksi dalam negeri oleh BULOG per 3 Agustus telah mencapai 777 ribu ton. Bapanas juga secara konsisten mengimplementasikan berbagai program intervensi yang menyasar produsen hingga konsumen, salah satunya dengan melanjutkan program bantuan pangan (banpang) beras.
"Pemerintah tidak hanya fokus di hulu. Di hilir, program bantuan pangan beras telah digulirkan kembali. Program ini penting bagi 22 juta masyarakat berpendapatan rendah yang memerlukan bantuan. Bantuan beras 10 kilo per keluarga penerima telah kembali dijalankan bersama BULOG di Agustus ini, dan akan dilanjutkan pada Oktober dan Desember. Pemerintah membantu mengcover konsumsi keluarga berpendapatan rendah, sehingga bisa menekan inflasi beras," tandasnya.
Selama 2023, program banpang beras telah terlaksana selama 7 bulan dan dinilai mampu menjadi salah satu faktor penekan dan stabilisator inflasi. Pada September 2023, inflasi beras sempat mencapai 5,63 persen. Namun setelah program banpang beras digulirkan, inflasi beras membaik menjadi 0,48 persen di Desember 2023.
Di 2024, inflasi beras tercatat cukup tinggi pada Februari, yaitu 5,32 persen. Melalui penyaluran banpang beras serta berbagai stimulus bantuan sosial lainnya, inflasi beras kembali menurun dan bahkan mengalami deflasi pada April dan Mei. Terbaru, inflasi beras pada Juli dicatat BPS berada di 0,94 persen.