- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Senin, 14 Oktober 2024 | 17:31 WIB
: Ilustrasi tambang batubara. Foto: ANTARA
Oleh Eko Budiono, Rabu, 7 Agustus 2024 | 12:25 WIB - Redaktur: Untung S - 406
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa konflik global seperti invasi Rusia ke Ukraina memiliki dua sisi bagi sektor energi di Indonesia.
Menurut laman Kementerian ESDM pada Rabu (7/8/2024), meskipun membawa dampak negatif sebagai importir minyak dan gas bumi, konflik itu juga membawa dampak positif sebagai eksportir mineral dan batubara.
"Posisi Indonesia cukup unik, kita adalah produsen energi fosil dan sekaligus importir. Kita mengimpor minyak mentah dan BBM, khususnya bensin. Jika kita mengimpor, harga yang kita dapatkan adalah harga internasional. Namun, di sisi lain kita juga mengekspor gas," kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana di Jakarta pada Senin (5/8/2024).
Dadan menjelaskan bahwa konflik global mempengaruhi Indonesia baik sebagai eksportir maupun importir.
"Misalnya, meningkatnya harga crude atau minyak mentah akibat konflik membawa dampak negatif bagi Indonesia," ujar Dadan.
Namun, sebagai eksportir crude, Indonesia juga mendapat keuntungan dari kenaikan harga akibat konflik.
"Jika harga minyak naik 1 dolar per barel, pendapatan negara meningkat Rp3,3 triliun. Namun, karena kita juga mengimpor minyak mentah dan BBM, belanja negara akan melonjak menjadi Rp9,2 triliun. Jadi, kenaikan harga 1 dolar per barel sebenarnya menyebabkan defisit Rp5 sampai 6 triliun," jelas Dadan.
Salah satu konsumen terbesar BBM adalah pembangkit listrik. Namun, dampaknya tidak terlalu besar karena 66 persen pembangkit listrik di Indonesia berbahan baku batubara (PLTU), yang dilindungi dengan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dengan harga tertinggi USD70 per ton.
"Alhamdulillah, untuk listrik dampaknya tidak terlalu besar karena kebijakan DMO kita sangat baik. Basis sekarang 66 persen berasal dari batubara," kata Dadan.
Sebaliknya, ekspor batubara Indonesia memberikan keuntungan besar karena harga ekspor mengikuti pasar internasional, yang meningkatkan penerimaan negara.
"Dengan ekspor batubara, Indonesia menikmati keuntungan besar karena harga internasional yang tinggi, sehingga penerimaan negara meningkat signifikan," tambah Dadan.
Dengan melihat dua sisi dari konflik global itu, Indonesia terus mengelola kebijakan energi yang mampu mengoptimalkan keuntungan dan meminimalisir dampak negatif bagi perekonomian nasional.