:
Oleh Wawan Budiyanto, Rabu, 12 April 2017 | 11:38 WIB - Redaktur: Elvira - 853
Jakarta, InfoPublik - Industri telekomunikasi dan informatika (telematika) dalam negeri mengalami pertumbuhan signifikan terutama setelah penerapan kebijakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk ponsel dan perangkat teknologi informasi 4G.
Tercatat hingga tahun 2016, terdapat 23 electronics manufacturing service (EMS), 42 merek dan 37 pemilik merek baik global maupun nasional, dengan total nilai investasi sebesar Rp7 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 13 ribu orang.
“Kita patut bangga terhadap produk telematika yang dihasilkan industri nasional,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat membuka Pameran Produk Industri Telematika dengan tema Bangga Menggunakan Produk Industri Dalam Negeri di Plasa Pameran Industri, di Jakarta, Selasa (11/4).
Menurut Menperin, produk telematika memberikan ruang pasar yang luar biasa di Indonesia seperti terlihat pada penjualan smartphone hingga 60 juta unit per tahun.
“Siklus teknologi sangat cepat, khususnya smartphone, yang setiap enam bulan selalu ada update produk, sehingga memerlukan kekuatan riset dan inovasi teknologi,” ujarnya.
Dengan meningkatnya kemampuan daya saing produk telematika nasional, Airlangga yakin akan semakin menguatnya citra positif dan popularitas produk tersebut di mata konsumen domestik dan internasional.
Beberapa merek nasional yang telah memiliki branding kuat untuk pangsa pasar menengah ke bawah maupun kelas menengah ke atas, antara lain Polytron, Evercoss, Advan, dan Digicop. Namun demikian, selain tumbuhnya industri perangkat keras (hardware), Pemerintah juga tengah mendorong pengembangan industri perangkat lunak (software), konten dan animasi.
Oleh karena itu lanjutnya, pihaknya menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65 tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld), dan Komputer Tablet.
“Regulasi ini tidak hanya menekankan pada skema TKDN hardware, tetapi TKDN software dan investasi. Melalui software ini, kami memacu untuk inovasi sehingga pengembangan industri bisa berkelanjutan,” jelasnya.
Dalam upaya mendongkrak kinerja industri telematika, Airlangga mengungkapkan, faktor terpenting lainnya adalah pengembangan kompetensi sumber daya manusia. Sejak tahun 2002, Kemenperin telah memfasilitasi melalui pembangunan Regional IT Center of Excellence (RICE) atau Incubator Business Center (IBC) di 14 daerah di Indonesia.
“Pada perkembangannya saat ini, lima RICE atau IBC itu dipilih menjadi technopark khusus untuk industri software, konten dan animasi yang tersebar di beberapa daerah,” katanya.
Lima technopark tersebut, yakni Bandung (Bandung Techno Park), Denpasar (TohpaTI Center), Semarang (Incubator Business Center Semarang/IKITAS), Makassar (Makassar Techno Park – Rumah Software Indonesia, dan Batam (Pusat Desain Ponsel).