GP Ansor Nilai Kementan Belum Maksimal Bawa Perubahan

:


Oleh Baheramsyah, Minggu, 25 Desember 2016 | 21:04 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 554


Jakarta, InfoPublik - Ketua Bidang Pertanian, Kedaulatan Pangan dan ESDM Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Adhe Musa Said mengaku prihatin melihat petani yang cenderung tidak mengalami perubahan.

Hal tersebut disampaikan Adhe Musa Said dalam diskusi refleksi akhir tahun yang bertempat di kantor GP Ansor Jakarta, menyikapi kebijakan Kementerian Pertanian awal pekan ini.

Menurut Adhe Musa Said, kinerja Kementerian Pertanian belum dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Karena banyak warga NU yang menjadi petani, maka jika sektor pertanian maju, warga NU juga sejahtera.

Sektor pertanian menurutnya memiliki peran strategis dalam menopang pembangunan perekonomian nasional jika pemerintah memiliki perhatian yang tinggi pada wilayah ini.

"Pemerintahan saat ini tidak serius mengurusi pertanian. Lihat saja tidak ada kebijakan Kementerian Pertanian yang mengupayakan penyediaan lahan yang subur lewat pupuk yang baik, penyediaan benih yang bagus, dan penyediaan pasar untuk menampung hasil pertanian dengan baik pula agar petani sejahtera. Bahkan yang terjadi petani malah mulai kehilangan generasi, karena sektor ini dianggap tidak menjamin dalam memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga," papar Adhe dalam keterangan pers, Sabtu (24/12).

Adhe menyesalkan, kebijakan Kementerian Pertanian terlihat hanya fokus pada tiga komoditi seperti padi, jagung dan kedelai semata. Sedangkan bumi Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi tinggi namun tidak tersentuh dan cenderung terabaikan.

"Jika hanya fokus pada tiga komoditi pertanian semata, ya jangan heran jika Indonesia akan terus dibanjiri impor komoditi pertanian dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri," lanjut Adhe.

Ia menambahkan, pemerintah seharusnya sadar, lebih dari 60 persen produsen pangan di negara ini adalah petani kecil yang memiliki luas lahan di bawah 1 hektar. Jika pemerintah tidak memikirkan ini, petani yang memiliki lahan terbatas hanya menjadi penonton program bagi-bagi benih dan pupuk yang nilainya triliunan rupiah.